Sedesa.id Saya sering mendapatkan keluh kesah dari sahabat penggerak desa, tentang bagaimana jatuh bangun mereka dalam membangun BUM Desa.
Banyak pemuda-pemudi desa yang memiliki semangat baja dalam mengabdikan diri untuk membangun Badan Usaha Milik Desa yang bisa membawa kemakmuran bagi desa mereka. Dan cerita keberhasilan mereka sudah sangat banyak.
Saya kira sahabat sekalian sudah tidak asing dengan cerita keberhasilan Pemuda di Nglanggeran dengan Gunung Api Purbanya. Atau cerita keberhasilan Umbul Ponggok dengan kreativitas anak muda dan kepala desanya.
Juga berbagai cerita keberhasilan dari berbagai penjuru negeri ini. Desa, sekali lagi memiliki potensi luar biasa. Potensi yang jika ini bangkit, akan menjadi raksasa ekonomi, bukan hanya secara lokal desa atau daerah dan nasional, dalam skala dunia pun sangat mungkin.
Syarat Sukses Membangun BUM Desa
Syaratnya apa? Pola pikir positif. Ini yang menjadi syarat utama. Saya kira kita semua sepakat, bahwa pola pikir ini sanggatlah penting.
Bagi pemuda desa, penggerak desa, penggerak BUM Desa, hal pertama yang harus hadir dalam jiwa mereka adalah pola pikir positif. Ini wajib hukumnya.
Sama halnya seperti para wirausahawan sukses, membangun BUM Desa memerlukan orang-orang yang kreatif, inovatif dan memiliki jiwa wirausaha, yang mana adalah memiliki pola pikir yang positif.
Apa lagi kita telah memasuki era digital, era 4.0, yang mana mindset atau pola pikir positif menjadi kunci wajib jika ingin mencapai kesuksesan.
Kenapa ini penting? Karena dengan pola pikir yang positif, akan tumbuh dorongan dalam jiwa para pengurus BUM Desa, karyawan BUM Desa sebagai entrepreneur sejati.
Dengan demikian, maka pengelola BUMDes akan selalu siap dan berani dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan. Kita tahu saat ini perubahan begitu cepat dan sangat sulit untuk kita tebak.
Pembeda Keberhasilan BUM Desa Adalah Pola Pikir
Saya bisa katakan bahwa pola pikir positif, menjadi pembeda paling nyata antara BUM Desa yang berhasil dan BUM Desa yang gagal.
Banyak yang berkeluh kesah kepada saya, yang intinya mencari ‘kambing hitam’ atas kegagalan BUM Desa. Ini sudah menjadi ciri bahwa ia tidak memiliki pola pikir positif.
Misalnya, ketika BUM Desa mengajukan anggaran pendirian unit usaha kepada pemerintah desa. Lantas, tidak dapat terpenuhi, kemudian menjadikan ‘tidak adanya dana’ sebagai alasan tidak berlanjutnya program unit usaha BUM Desa.
Padahal kita bisa lihat banyak unit usaha BUM Desa yang bahkan tidak memiliki modal sama sekali saat pendiriannya. Yang pengurus miliki adalah keyakinan, dari keyakinan ini kemudian dikelola, dan kemudian berhasil.
Jadi, letak keberhasilan bukan pada orang lain, bukan pada pihak lain. Keberhasilan BUM Desa bukan serta merta dari dana desa. Namun dari kemauan, dari pola pikir, dari pengelolaan.
Pola pikir pada akhirnya akan menjadi pembeda paling nyata antara mereka pengelola / pengurus BUM Desa yang unggul dan yang gagal.
Perjalanan BUM Desa memang tidak mudah. Kesuksesan BUM Desa tidak instan. Dan semua tidak melulu soal modal finansial, lebih dari itu adalah modal sosial yang ada.
Dan, pola pikir menjadi pengawal perjalanan pengelola BUM Desa dalam menghadapi berbagai tantangan. Mereka yang berpola pikir positif, akan terus maju dan mencari solusi terbaik.
Sebaliknya, mereka yang sudah ‘negatif’ akan mencari kesalahan pada pihak lain sebagai pembenaran kegagalan. Saya harap pembaca sekalian tidak yang demikian ini.
Demikian pembahasan kali ini mengenai BUM Desa Harus Punya Pola Pikir Positif. Semoga pembahasan kali ini bermanfaat. Tetap semangat membangun desa, menumbuhkan BUMDes. Salam. Ari Sedesa.id
Mantaf mas bro