Sedesa.id Produk Desa dapat beragam. Baik produk yang merupakan warisan tradisi, produk hasil inovasi, buatan warga, atau pun produk potensi dari alam sekitar. Salah satu produk lokal desa yang berasal dari kekayaan ekosistem adalah madu kelulut.
Madu yang manis, tentu akan memberikan nilai ekonomi yang manis juga. Hal ini jika pengelolaan madu dilakukan secara profesional, dan tetap menjaga keseimbangan ekosistem. Mengapa? Karena segala proses yang alami, akan memberikan hasil yang berkelanjutan.
Produk Desa Madu Kelulut; Menjaga Ekosistem Desa Bernilai Ekonomi
Meliponini adalah jenis lebah penghasil madu yang hidup dalam daerah tropis. Dalam bahasa lokal atau Indonesia lebah Meliponini lebih familiar dengan nama Kelulut. Kelulut banyak hidup pada daerah tropis dan hutan Indonesia seperti Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kelulut merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki hubungan simbiosis mutualisme dengan aneka jenis tanaman berbunga.
Hubungan simbiosis Kelulut dengan tanaman adalah dengan cara mengambil sari madu dari bunga-bunga tanaman, sebaliknya tanaman memerlukan serangga kelulut untuk membantu penyerbukan atau persilangan bunga jantan dan bunga betina. Dengan kondisi demikian, maka tanaman dapat berbunga dan berbuah.
Keberadaan Kelulut sebagai penghasil madu, kini telah menjadi bagian dari Inovasi Produk Desa Murung Ta’al RT 02 RW 01, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.
Kisah manis madu Kelulut berawal dari seorang pemuda bernama Yamin Fauzi yang menemukan sarang kelulut di hutan. Sadar akan keberadaan madu pada sarang kelulut, maka Fauzi membawa pulang sarang kelulut untuk dibudidayakan.
Dalam waktu beberapa bulan, sarang Kelulut milik Fauzi berhasil berkembang biak mencapai puluhan sarang. Langkah Fauzi membudidaya kelulut ini akhirnya menginspirasi banyak warga desa lainnya. Hal ini tidak lain karena dari satu sarang saja dapat menghasilkan madu sekitar 1 sampai 1,5 liter.
Selain itu keberadaan kelulut milik Fauzi juga membantu proses pembuahan tanaman di sekitar desa, sehingga tanaman mudah berbuah.
Pendapatan Ekonomi Desa Menjadi ‘Merata’ dan Terjaga
Warga Desa Murung Ta’al, setidaknya dalam satu rumah tangga telah memiliki 10 buah sarang kelulut. Dengan memiliki 10 sarang, rata-rata warga dapat tambahan nilai ekonomi dari penjualan madu sekitar 3 Juta rupiah. Penjualan madu kelulut saat ini masih terbatas di wilayah Kalimantan.
Dari sisi ekonomi kelulut memberikan manfaat bagi warga yaitu memiliki tambahan pendapatan. Akan tetapi tidak hanya pada manfaat ekonomi secara langsung dari madu saja, keberadaan kelulut meningkatkan pendapatan warga dari sektor lain yaitu sektor pertanian dan perkebunan dengan adanya kelulut sektor ini menjadi berkembang dan produksi yang maksimal.
Kehadiran kelulut sangat membantu peningkatan produksi buah-buahan di kebun warga desa. Karenanya aktivitas budidaya kelulut, pada akhirnya menumbuhkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan lingkungan yang menjadi habitat kelulut.
Saat ini, kelompok kelulut ini masih berdiri sendiri, belum ada BUMDes yang hadir dalam upaya menciptakan inovasi lanjutan dalam pengemasan dan pemasaran misalnya. Karenanya menjadi harapan bersama ke depan dari inisiasi warga dan pemerintah desa, tentu perlu adanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam mendukung permodalan dan pemasaran madu yang dihasilkan masyarakat. Sehingga akan memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik, serta dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Keberhasilan Fauzi warga Murung Ta’al dalam menangkap potensi yang melimpah dari lingkungan tempat tinggalnya, nyatanya mampu membuat perubahan mendasar bagi warga, baik secara sosial-ekonomi maupun dalam upaya melestarikan alam.
Dari Fauzi kita bersama belajar, bagaimana gerakan-gerakan kecil dapat menjadi gerakan bersama yang lebih besar, demi terwujudnya desa yang mandiri, desa maju.
Kesimpulan Produk Desa Madu Kelulut
Produk desa sangat beragam. Mulai dari produk buatan sampai produk yang merupakan hasil dari kekayaan alam dan ekosistem lokal desa. Semua potensi yang ada, yang kemudian dimanfaatkan sebagai produk lokal desa memang harus didukung dan dikelola secara profesional.
Tidak jarang, kelahiran sebuah produk suatu daerah adalah buah karya satu dua warganya. Buah karya yang kemudian menginspirasi dan memotivasi warga lainnya. Seperti cerita manis madu kelulut. Tanpa adanya kemauan berbuat dari satu orang, maka tidak akan ada cerita manis madu kelulut.
Maka berbicara keberadaan produk desa, penting bagi pemangku kebijakan lokal desa dan lembaga lokal desa untuk memikirkan secara serius. Misalnya, keberadaan BUMDes dan Pasar Desa sebagai wadah memasarkan produk lokal desa.
BUMDes memiliki peranan penting, sebab salah satu dari tujuan BUMDes tentu saja menjadi badan usaha yang dapat memberikan dampak ekonomi secara luas bagi warga desa. Maka, BUMDes kiranya perlu melihat lebih dalam bagaimana kondisi kegiatan ekonomi warga desa.
Demikian pembahasan kali ini mengenai Produk Desa Madu Kelulut Upaya Menjaga Ekosistem dan Ekonomi Desa semoga bermanfaat dan dapat menjadi motivasi kita bersama dalam upaya terus mengembangkan desa, salah satunya dari kegiatan ekonomi, dari keberadaan produk desa. Terima kasih. Salam.Salam. Ari Sedesa.id