Sedesa.id Desa wisata menjadi salah satu kegiatan yang cukup ramai beberapa tahun belakangan ini. Keberadaan dari desa wisata pun kian tumbuh subur. Kita bisa mendengar kabar baik dari suksesnya desa wisata, namun juga kabar kurang baik dari mati suri BUMDes kegiatan desa wisata. Mengapa bisa terjadi? Mungkin kurangnya pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan desa wisata.
Apa hubungannya pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan desa wisata? Bukankah desa wisata hanya urusan pengelola? Bisa langsung dari kelompok sadar wisata atau juga BUMDes melalui unit usaha BUMDes Desa Wisata?
Pertanyaan atau anggapan demikian sering kali terlontar ketika membahas kondisi desa wisata. Memang dalam praktiknya kegiatan desa wisata lebih menonjolkan beberapa gelintir orang yang memiliki tugas untuk mengelola jalanya kegiatan desa wisata.
Namun jika kita cermati secara mendalam, ada andil besar dari berbagai pihak. Ada satu kesatuan dari seluruh elemen masyarakat desa dalam sukses tidaknya kegiatan desa wisata. Dan hal ini, tidak lepas dari upaya pemberdayaan masyarakat dalam mengenalkan desa wisata.
Belajar Dari Ekowisata Desa Jayagiri
Pernah mendengar nama Desa Jayagiri? Bagi Anda pecinta musik, Desa Jayagiri pernah menjadi judul lagu salah satu musisi ternama Indonesia. Ya melalui lagu ‘Melati dari Jayagiri’ yang dibawakan dan dipopulerkan oleh Bimbo. Lagu tersebut adalah ciptaan Iwan Abdul Rachman.
Secara administratif Desa Jayagiri masuk wilayah Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 946 hektare, yang terdiri dari pemukiman penduduk, hamparan persawahan, perkebunan, dan hutan. Desa ini secara resmi berdiri sebagai sebuah desa sejak tahun 1982, yaitu hasil dari pemekaran Desa Lembang.
Pemerintah Desa Jayagiri bekerja sama dengan Perhutani mengembangkan area yang masih menjadi hutan desa untuk disulap sebagai destinasi wisata alam dan edukasi serta upaya melestarikan lingkungan hidup. Konsep ini akan menghadirkan ekowisata atau wisata alam tanpa merusak ekosistem yang telah ada.
Keadaan Hutan Jayagiri masih lebat, rindang, dan asri dengan pohon pinus milik Perhutani sebagai pohon utama dan pohon hutan lain yang masih terjaga. Karenanya, dengan adanya konsep ekowisata dapat menarik pengunjung yang menyenangi wisata alam atau jelajah alam dan mendaki gunung.
Bagi para pengunjung jangan takut tersesat di hutan, karena sudah dilengkapi dengan papan petunjuk jalan bagi para pendaki, tempat berlindung, pos jaga, toilet, dan tempat sampah.
Kegiatan Desa Wisata Modal Sosial dan Dana Desa
Pembangunan dan pengembangan ekowisata Desa Jayagiri ini dimulai tahun 2015. Warga dan pemerintah desa, mulai membangun sarana dan prasarana seperti area perkemahan, mancakrida, dan mendirikan panggung seni pertunjukan. Modal atau dana yang digunakan, adalah dana desa tahun 2015.
Saat ini, tercatat setiap tahun tidak kurang dari 25.000 pengunjung datang ke ekowisata Desa Jayagiri. Kegiatan para wisatawan biasanya; untuk berkemah, mengadakan kegiatan pelatihan, bersepeda, mendaki, dan menikmati panorama alam hutan Desa Jayagiri.
Keberadaan wisatawan dan ekowisata ini, pada akhirnya juga memberikan peluang ekonomi bagi para warga desa. Dengan menyediakan makanan dan oleh-oleh khas Desa Jayagiri. Juga berbagai lapangan pekerjaan yang muncul mengikuti perkembangan ekowisata Desa Jayagiri.
Keterlibatan warga dalam pengelolaan kawasan wisata memang tepat, mengingat pengembangan desa wisata memang membutuhkan upaya berkesinambungan yang melibatkan seluruh komponen. Sehingga dalam hal ini pengembangan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan partisipasi masyarakat.
Partisipasi Masyarakat Menjadi Kunci Keberlangsungan Desa Wisata
Upaya kita bersama untuk mengembangkan desa memang harus satu pemahaman dan gayung bersambut. Maka perlu melibatkan seluruh elemen masyarakat desa. Keterlibatan ini tidak bisa dimulai jika tidak adanya upaya pemberdayaan.
Masyarakat desa yang telah berdaya, akan memiliki inisiatif dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan dan pengembangan desa. Ini akan sangat menguntungkan. Kekuatan modal berupa modal sosial, sering kali lebih penting dari pada modal materi atau finansial.
Kekuatan partisipasi masyarakat dapat menjadikan berbagai agenda pembangunan desa sebagai contoh desa wisata dapat berjalan dan berkelanjutan. Warga masyarakat yang berpartisipasi dan telah berdaya, dapat menjadi bagian dari kegiatan wisata desa. Mereka tidak hanya sebagai penonton.
Kita tidak menutup mata, masih ada di berbagai daerah yang mengembangkan desa wisata namun warga desanya pun tidak merasakan kegiatan desa wisata yang ada di desanya. Untuk melihat destinasinya saja tidak, apa lagi berpartisipasi dan mendapatkan manfaat ekonomi dan sosial.
Maka penting adanya pemberdayaan masyarakat, sehingga kegiatan desa wisata dapat memberikan dampak luas. Dampak secara sosial dan ekonomi. Semua ini tentu memerlukan adanya upaya bersama, pendekatan dan pemahaman bersama, dalam menentukan arah pembangunan dan pengembangan desa.
Kesimpulan
Penting adanya partisipasi masyarakat, tidak hanya dalam kegiatan desa wisata. Namun berbagai kegiatan yang dilakukan oleh desa, utamanya kegiatan yang berhubungan dengan upaya mengembangkan desa dalam bidang ekonomi.
Partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan unit usaha BUMDes misalnya, menjadi satu hal penting. Keterlibatan ini bisa berati bentuk dukungan, kepercayaan dan juga sebagai modal sosial untuk BUMDes.
Mengapa BUMDes harus mendapatkan dukungan masyarakat? Karena BUMDes adalah Badan Usaha Milik Desa yang mana bercirikan sosial. Kekuatan sosial masyarakat akan menjadi motor penggerak luar biasa, apa pun unit usaha yang dijalankan, termasuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan desa wisata.
Maka, perlu langkah untuk memberikan pemahaman, pemberdayaan, agar tercipta partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang pembangunan dan pengembangan desa. Demikian pembahasan kali ini mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Desa Wisata semoga dapat bermanfaat. Tetap semangat membangun dan mengembangkan desa tercinta. Terima kasih. Salam. Ari Sedesa.id
Benar, mas. Melibatkan masyarakat desa dalam kegiatan desa wisata menjadi elemen penting keberhasilan sebuah program tersebut. Menurut saya, masyarakat akan merasa di-manusia-kan dengan rasa memiliki serta semangat gotong royong dan bertanggung jawab untuk memajukan desanya (dari sisi ekonomi).
Saya pernah mengangkat topik yang sama dari keberhasilan program desa wisata di dukuh Pentingsari, Sleman, Yogyakarta. Mereka berhasil dalam konsep ini dan menjadi semacam pilot project bagi desa-desa wisata di Indonesia. Ada di blog saya juga kok.
Tetap semangat membangun desa wisata, mas. Salut.
Sepakat mas Pras, tanpa melibatkan masyarakat akan menjadi sekedar proyek yang bagus dalam lembar laporan saja. Memang sudah berbeda cara dan apa yang masyarakat mau saat ini.
Pentingsari sangat menarik, saya pernah juga ke lokasi. Siap, menuju TKP artikel/ulasan mas Pras perihal Pentingsari.