Sedesa.id Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar pasar? Apakah yang muncul adalah pasar tradisional atau pasar rakyat? Di desa pun ada pasar desa. Keberadaan pasar ini sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli. Nah di Temanggung, ada Pasar Papringan, konsep pasar yang berbeda dari pasar pada umumnya.
Pasar Papringan DI Temanggung Jawa Tengah
Ketika kita berkunjung ke Pasar Papringan di Kabupaten Temanggung, kita akan mendapatkan pasar dengan suasana yang sangat berbeda dengan pasar pada umumnya. Di Pasar Paringan menghadirkan suasana alami lengkap dengan kearifan budaya lokal, kombinasi yang tepat dibalut ekosistem wisata alam.
Pasar Papringan tepatnya terletak di Dusun Kelingan, Desa Caruban, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pasar yang dikenal sebagai pasar wisata ini hanya buka pada hari Minggu Wage. Dalam perhitungan kalender Jawa ‘Minggu Wage’ akan dijumpai setiap 36 hari sekali, atau disebut selapanan.
Di Pasar Papringan, sebagai Pasar Wisata menghadirkan keunikan tersendiri misalnya tidak ada penggunaan mata uang rupiah akan tetapi menggunakan mata uang khusus dari bambu, sehingga pengunjung harus menukarkan terlebih dahulu uang rupiah ke mata uang bambu Pasar Papringan.
Keunikan lain adalah letaknya yang berada di sudut desa, berada di lahan seluas 1000 meter persegi milik warga desa, di lahan ini tumbuh pohon bambu yang begitu rimbun, pohon bambu dalam bahasa Jawa disebut pring. Dari akar kata pring kemudian disebut papringan yang berarti pepohonan bambu atau kawasan yang dipenuhi dengan pohon bambu.
Memanfaatkan Lahan dan Alam Sekitar Untuk Kegiatan Pasar Desa Wisata Papringan
Pemanfaatan lahan pohon bambu menjadi sebuah Pasar Wisata adalah satu dari keberhasilan warga Desa Caruban dalam upaya mengangkat potensi desa. Warga yang menyadari bahwa mereka memiliki kawasan bambu lantas menyulap atau menjadikan kawasan tersebut sebagai media mengangkat desa dengan membuat Pasar Papringan, yang pada akhirnya menjadi identitas dari desa tersebut.
Pasar Papringan sebagai identitas warga Desa Caruban menjadi wadah aktivitas sosial, aktivitas melestarikan alam, dan aktivitas ekonomi dari berbagai produk lokal warga setempat. Secara tidak langsung keberadaan Pasar Papringan memberikan pesan bahwa segala yang kita miliki dari lingkungan tempat tinggal kita adalah satu modal dan potensi yang bisa memberikan manfaat bagi sesama.
Produk yang dijual di Pasar Papringan adalah kreasi masyarakat setempat seperti; kerajinan tangan, agro industri, kuliner lokal, dan juga memberikan pertunjukan budaya lokal. Pasar Papringan menjalankan fungsi sebagai media promosi lokal dari apa yang menjadi potensi di desa tersebut.
Dalam upaya melestarikan lingkungan Pasar Papringan memberikan aturan tegas tidak adanya penggunaan plastik di Pasar Papringan. Hal ini selain menjadi keunikan juga menjadi kampanye untuk lestari yang berkelanjutan terhadap pengunjung yang datang dari berbagai tempat bahkan dari luar Kabupaten Temanggung.
Nah, bagaimana? Begitu menarik bukan keberadaan Pasar Papringan, bisa menjadi referensi mengangkat potensi desa di daerah. Jika hendak berkunjung ke Pasar Papringan maka melihat kalender Jawa setiap Minggu Wage, dibuka mulai jam 07.00 WIB hingga jam 12.00 WIB. Siapa tahu sepulang dari Pasar Papringan jadi ada ide untuk membuat pasar wisata sendiri di daerah Anda.
Konsep Pasar Wisata Berbasis Lingkungan dan Budaya
Melihat keberhasilan dari yang telah dilakukan Pasar Papringan di Temanggung, satu hal yang dapat kita pelajari adalah; Desa mampu membuat konsep pasar wisata berbasis lingkungan dan budaya. Keunikan yang ada pada akhirnya menjadi daya tarik bagi pengunjung, tidak hanya lokal namun juga dari luar daerah bahkan manca negara.
Desa dapat menjadikan konsep pasar desa ini untuk kegiatan desa wisata. Upaya ini dapat diinisiasi desa dengan BUMDes atau pun kelompok masyarakat. Keunikan-keunikan lokal dapat dijadikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan ketika menjalankan konsep Pasar ‘Wisata’ Desa.
Kegiatan wisata bisa dijadikan tujuan nomor dua, pertama-tama adalah bagaimana menciptakan pasar yang berguna sebagai tempat bertemunya jual beli di desa. Jika pun memang tujuan utamanya untuk wisata, namun ketika berbicara keberlanjutan maka menjadikan pasar sebagai tempat bertemu penjual pembeli akan lebih tahan lama.
Kita paham, yang namanya wisata kadang naik turun. Nah, ketika konsepnya adalah pasaran atau menjalankan pasar, dan silakan ada yang berkunjung untuk sekedar wisata dan sekaligus sebagai pembeli. Maka akan lebih tahan lama.
Demikian pembahasan kita kali ini mengenai Pasar Papringan di Temanggung Upaya Nyata Melestarikan Alam. Semoga pembahasan ini bermanfaat, dapat menjadi referensi sahabat sekalian. Terima kasih. Salam. Ari Sedesa.id