Sedesa.id Sampah menjadi persoalan besar jika diabaikan. Persoalan sampah tidak hanya terjadi di perkotaan dan daerah padat penduduk saja, namun juga di desa. Persoalan sampah ini tidak lain karena keberadaan tempat penampungan sampah yang kurang. Juga karena kesadaran akan lingkungan yang bersih masih rendah. Bagaimana Menyelesaikan Persoalan Sampah Di Desa menjadi bernilai ekonomi?
Kita bisa melihat di berbagai daerah persoalan sampah menjadi persoalan yang serius. Dampak dari keberadaan sampah pun tidak main-main, bisa menyebabkan persoalan besar seperti banjir misalnya. Lalu juga dapat menyebabkan persoalan kesehatan.
Di desa, persoalan sampah sering kali belum menjadi prioritas. Namun kita dapat belajar dari berbagai desa yang sudah memiliki fokus dalam pengelolaan sampah. Misalnya kita bisa belajar dari BUMDes Pandowoharjo, yang mana BUMDes ini memiliki unit usaha pengelolaan sampah.
Atau kita juga bisa belajar dari inovasi yang dilakukan oleh warga desa. Inovasi yang memberikan solusi dari keberadaan sampah di desa atau daerah tinggal mereka. Memang setiap persoalan atau masalah, akan menemukan solusi dan inovasi, tentu saja dapat memberi nilai ekonomi.
Budidaya Lalat Solusi Masalah Sampah
Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar tentang lalat? Apakah Anda memiliki bayangan jika lalat dapat menghasilkan nilai ekonomi? Bagaimana cara berternak lalat? Dan apa pendapat Anda jika mendengar ada Kampung Lalat?
Pasti beragam gambaran dan pendapat yang muncul di benak Anda, akan tetapi jika Anda berkunjung ke Desa Grumbul Larangan, Anda akan melihat bagaimana Budidaya Lalat Hitam menjadi usaha warga di sana.
Desa Grumbul Larangan terletak di Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Desa Grumbul Larangan memiliki julukan sebagai Desa Laler, laler dalam bahasa lokal setempat berarti lalat. Di desa ini, sebagian warga berkegiatan ekonomi dengan melakukan budidaya lalat hitam, atau Black Solider Fly.
Awal mulai ide budidaya lalat ini, dikarenakan perlunya menjaga ekosistem lingkungan terhadap sampah organik yang ada di desa. Keberadaan sampah, dapat diurai oleh lalat hitam, dan ternyata lalat hitam memiliki nilai ekonomi. Tidak main-main, harga satu kilo gram telur lalat hitam bisa menembus angka Rp. 10.000.000,- sebuah harga yang sangat fantastis tentunya.
Ketika Anda memasuki Desa Grumbul, yang dikelan sebagai desa laler, Anda akan menjumpai kandang berwarna hijau yang terbuat dari bahan jaring atau kelambu, sebagai tempat budidaya lalat. Di media atau kandang tersebut, lalat hitam akan berkembang biak.
Namun, jangan dikira lalat yang dapat dibudayakan adalah lalat sembarangan. Budidaya lalat hitam secara fisik berbeda dengan lalat-lalat yang dijumpai di tumpukan sampah atau tempat kotor yang biasa dikerumuni sampah. Ciri fisik pada lalat hitam lainnya yaitu warna hitam membalut hampir semua tubuh lalat. Secara ukuran jauh lebih panjang dan besar dibanding lalat biasa.
Budidaya Lalat Kegiatan Ekonomi Bersama Warga Desa
Dalam melakukan budidaya lalat, terbilang cukup mudah, hal ini kemudian menjadikan warga desa berminat dan tidak mengalami kendala dalam melakukan budidaya, selain juga lalat hitam sangat bermanfaat dalam mengurai sampah, sehingga persoalan sampah teratasi secara organik atau alami.
Di Desa Grumul saat ini, setidaknya sudah terdapat 50 kepala keluarga yang membudidayakan lalat hitam. Kegiatan budidaya ini pada akhirnya membawa dampak secara ekonomi dan ekologi.
Untuk modal yang dikeluarkan sangat murah karena pakannya dari sampah organik, yang merupakan sisa dari makanan warga, atau bisa dibilang di dapat secara gratis.
Dalam menjalankan usaha budidaya lalat hitam, warga tidak perlu kawatir akan kegagalan atau turunnya harga. Karena, nilai ekonomi adalah bonus dalam budidaya lalat, hal utama yang menjadi titik perhatian adalah terpecahkannya persoalan sampah, sehingga lingkungan mereka tetap bersih secara organik.
Dalam rencana jangka menengah, Warga Desa Grumbul Larangan telah merencanakan pendirian bank sampah. Bank sampah ini, akan memfasilitasi kegiatan masyarakat, dan pendapatan akan digunakan untuk pendidikan. Tidak heran, jika kemudian melalui dana yang tersedia, dapat mengantar warga desa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dari sini, kita dapat kembali belajar bagaimana pentingnya inovasi dan kemampuan menyelesaikan persoalan lingkungan sosial-ekonomi di desa. Permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan membuat inovasi yang menghasilkan dan memiliki nilai ekonomi.
Menyelesaikan Persoalan Sampah Di Desa Agar Bernilai Ekonomi
Kisah inspiratif dari inovasi dan inisiasi yang dilakukan warga desa di atas tentu patut kita tiru. Bagaimana menyelesaikan persoalan sampah dengan solusi yang menghasilkan atau mendatangkan manfaat ekonomi, dengan budidaya lalat.
Persoalan sampah tidak boleh dianggap sepele, oleh sebab itu perlu adanya tindakan nyata sejak awal. Seperti halnya dengan menjadikan berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan nilai ekonomi, baik itu dengan membuat Bank Sampah, atau menjadikan unit usaha BUMDes sampah, atau dengan kegiatan budidaya seperti di atas.
Pada dasarnya upaya menyelesaikan persoalan sampah perlu dilakukan kajian yang mana dapat menghasilkan manfaat. Sehingga kegiatan dari menyelesaikan persoalan sampah memberi nilai ekonomi.
Jika menyelesaikan hanya sekedar membuang, menumpuk sampah di tempat pembuangan, maka belum pada solusi akhir.
Penumpukan pada pembuangan akhir pada saatnya juga akan over kapasitas. Maka perlu adanya berbagai kegiatan yang menjadikan sampah kembali memiliki nilai ekonomi. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh kelompok, atau pun unit usaha BUMDes.
Demikian pembahasan kali ini mengenai Menyelesaikan Persoalan Sampah Di Desa Agar Bernilai Ekonomi. Semoga pembahasan ini memberikan referensi dan juga motivasi, untuk tetap semangat dalam membangun dan mengembangkan desa. Salam. Salam. Ari Sedesa.id