Sedesa.id Desa Wisata menjadi salah satu pilihan unit usaha BUMDes untuk banyak desa. Hal ini karena memang daerah kita memiliki potensi luar biasa untuk dikelola, diolah, dikembangkan menjadi destinasi wisata. Kita akan membahas Contoh Desa Wisata Dengan Berbagai Konsep yang bisa kita jadikan pilihan dalam menjalankan unit usaha BUMDes.
Desa melalui BUMDes dapat menjalankan unit usaha desa wisata, dengan melakukan analisis kelayakan usaha BUMDes terlebih dahulu. Nah, untuk melihat potensi atau unit usaha BUMDes desa wisata yang cocok, bisa melihat pada tiga potensi berikut, wahana air, wisata budaya dan wisata buatan.
1. Potensi Desa Wisata Air
Salah satu potensi yang dimiliki oleh banyak desa adalah potensi sumber daya air. Melimpahnya air bisa membawa berkah tersendiri, baik itu secara langsung untuk sumber kehidupan kita, untuk pertanian dan berbagai kebutuhan usaha desa. Air juga bisa kita manfaatkan untuk kegiatan wisata.
Kita bisa mengambil banyak contoh keberhasilan BUMDes unit usaha wisata air, misalnya BUMDesa Tirta Mandiri Ponggok yang berhasil mengelola sumber daya air yang ada menjadi destinasi wisata yang mampu menarik pengunjung lokal dan manca negara.
Kegiatan wisata Pesona Air Umbul Ponggok, tentu saja bisa ditiru oleh desa lain yang memiliki sumber daya yang sama yaitu air. Namun yang menjadi penting adalah, bagaimana pengelolaan potensi itu secara profesional. Tanpa pengelolaan profesional tentu saja akan sulit memiliki unit usaha wisata wahana air yang berhasil seperti halnya umbul Ponggok.
Jika Umbul Ponggok memberikan pengalaman diving bagi para pengunjung, yaitu diving air tawar. Maka berbeda dengan Desa Wisata Tuntang, yang mana melakukan hal serupa yaitu memanfaatkan potensi sumber daya air untuk menjadi tujuan wisata.
Desa Wisata Tuntang memanfaatkan perairan yaitu Danau Rawa Pening yang sangat luas untuk berbagai atraksi wisata. Sebuah konsep Rawa Desa Wisata, begitu pengelola menyebutnya. Konsep Rawa Desa Wisata Tuntang ini menarik karena menggabungkan keberadaan air danau dan kemampuan atau keratitis lokal untuk membuat destinasi wisata yang layak kunjungi.
Salah satu kreativitas yang mampu menjadikan pengunjung penasaran adalah keberadaan replika menara Eiffel di tengah danau. Replika menara dari bahan bambu ini menjadi daya tarik sejak awal dibukanya Rawa Desa Wisata Tuntang. Selengkapnya bisa membaca artikel berikut ini: Desa Wisata Tuntang Destinasi Keren Di Tengah Rawa Pening
2. Potensi Wisata Desa Budaya
Setiap desa memiliki adat istiadat, tradisi dan budaya yang berbeda-beda. Budaya ini bisa menjadi salah satu potensi ketika kita balut dengan kegiatan wisata.
Memang untuk beberapa daerah konsep desa wisata budaya masih sulit, karena ada ketakutan jika kemudian terjadi eksploitasi terhadap budaya. Ini tidak lain sebagai respons terhadap lunturnya nilai budaya ketika wisatawan mulai masuk dan menjadi ‘penonton’ atau turut serta dalam kegiatan budaya.
Kekawatiran tersebut wajar adanya. Akan tetapi tentu kita perlu menggali lebih dalam lagi. Jangan sampai ketakutan tersebut karena adanya salah paham. Kita bisa melihat bagaimana pengelola desa wisata budaya justru bisa menjadikan kegiatan budaya lebih intim dan lestari dengan balutan kegiatan wisata.
Karena memang upaya untuk melestarikan budaya salah satunya adalah dengan menggandeng generasi penerus, dan hal tersebut bisa kita lakukan melalui kegiatan wisata. Generasi penerus bisa melakukan inovasi untuk memadukan antara kegiatan wisata dan budaya lokal, tanpa harus mencampur adukkan kesakralan dari kegiatan budaya warisan leluhur.
Bagaimana desa wisata budaya dapat hadir dan menjadi cara dalam menjaga dan melestarikan budaya warisan leluhur bisa kita temukan dari berbagai desa wisata budaya yang ada. Salah satu contoh adalah berbagai desa wisata budaya di Jawa barat. Bisa membaca ulasan desa wisata Jawa Barat dalam artikel berikut ini: Desa Wisata di Jawa Barat Alam dan Budaya
3. Desa Wisata Buatan
Desa tidak memiliki potensi wisata alam, wisata air, atau pun budaya? Tenang, kita bisa menjalankan desa wisata buatan. Konsep wisata buatan selama ini dihadirkan untuk kebutuhan wisata di perkotaan. Namun bukan berarti desa tidak bisa melakukan hal yang sama. Banyak desa yang awalnya tidak memiliki destinasi wisata, kemudian membuat destinasi wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada.
Sebagai contoh destinasi wisata desa buatan adalah Puri Mataram, yang mana destinasi ini sebelumnya adalah persawahan. Kemudian dibuat menjadi desa wisata dengan berbagai wahana wisata, yang mana menggabungkan konsep kenyamanan untuk kunjungan keluarga, taman, dan resto. Konsep ini menjadi menarik, dan tentu saja secara cepat menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib untuk dikunjungi.
Berbeda dengan Puri Mataram yang menghadirkan taman dan resto sebagai destinasi wisata buatan, ada desa wisata Gamplong yang memiliki studi alam untuk kebutuhan syuting film. Studio alam dengan konsep Mataram tempo dulu ini salah satunya untuk kebutuhan syuting film Bumi Manusia. Selepas syuting masih dimanfaatkan untuk menjadi destinasi wisata.
Artinya apa? Jika pun desa tidak memiliki potensi alam atau pun budaya, desa masih memiliki potensi kreativitas warganya yang bisa menghadirkan berbagai desa wisata buatan untuk menarik kunjungan. Terpenting adalah kita paham bahwa upaya menghadirkan kegiatan wisata ini sebagai upaya mengembangkan dan menuju desa mandiri.
Desa Wisata harus bisa memberi manfaat jangka panjang dan lestari bagi lingkungan. Jangan sampai bersifat eksploitasi. Orientasi desa wisata pada hasil atau Pendapatan Asli Desa tentu boleh-boleh saja, karena hal ini akan memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi desa. Namun jangan lupa bahwa kegiatan desa wisata juga harus memberikan manfaat bagi warga desa. Demikian pembahasan kali ini. Terima kasih, Salam. Ari Sedesa.id