Sedesa.id Banyak yang bilang, “Desa itu ditinggalkan anak mudanya.” Lulusan-lulusan terbaik pergi ke kota, merantau, membangun karier, dan perlahan lupa pada asal-usulnya. Fenomena ini tidak salah, karena kenyataan menunjukkan begitu. Tapi pernahkah kita membayangkan jika arah itu dibalik? Bagaimana jika para alumni, justru pulang kampung, dan membangun dari tempat mereka lahir?
Dalam konteks desa wisata, tantangan terbesar bukan lagi soal keindahan alam atau atraksi budaya, melainkan sumber daya manusia. Banyak desa memiliki potensi luar biasa, tetapi tidak memiliki SDM yang cukup untuk mengelolanya secara profesional dan berkelanjutan.
Artikel ini akan mengulas mengapa alumni kampus pariwisata yang pulang ke desa bisa menjadi jawaban penting untuk keberlangsungan desa wisata. Karena sesungguhnya, membangun pariwisata bukan hanya soal investasi fisik, tapi tentang kembali menanam benih pengetahuan di tanah kelahiran.
Masalah Nyata: Desa Wisata Kekurangan SDM
Banyak desa wisata di Indonesia menghadapi permasalahan yang sama:
- Tidak ada yang bisa menjadi pemandu wisata dengan bahasa asing
- Pengelolaan homestay masih seadanya, tidak profesional
- Tidak ada tim kreatif untuk membuat konten promosi
- Paket wisata belum dikemas secara menarik dan tematik
Hal-hal ini bukan karena warga tidak mau belajar, tapi karena keterbatasan kapasitas dan pendampingan. Di sinilah kehadiran alumni kampus pariwisata menjadi sangat relevan. Mereka telah belajar hal-hal teknis, punya pengalaman praktikum, bahkan mungkin pernah magang di industri besar. Sekarang, bagaimana jika mereka pulang?
Lebih lanjut silakan baca: SDM Pariwisata Harus Cerdas, Peduli, dan Berjiwa Sosial
Pulang Kampung: Bukan Mundur, Tapi Melangkah Lebih Jauh
Pulang kampung seringkali dianggap sebagai pilihan terakhir. Padahal, bagi alumni yang peka dan punya jiwa sosial tinggi, pulang kampung adalah langkah strategis untuk memberi dampak yang lebih luas.
Alumni yang pulang kampung bisa:
- Menjadi pengelola desa wisata yang kompeten secara teknis dan akrab secara sosial
- Melatih warga tentang pelayanan, kebersihan, hingga komunikasi wisata
- Menghubungkan desa dengan jejaring digital dan promosi nasional
- Menjadi jembatan antara desa dan kampus, karena ia mengerti keduanya
Yang terpenting, alumni ini memiliki sense of belonging yang tinggi. Mereka tidak datang sebagai “konsultan luar”, tapi sebagai anak desa yang ingin melihat kampungnya maju.
Contoh baik bisa kamu baca di: Ngayah ring Desa, Sarjana Pariwisata Pulang untuk Membangun Desa
Membangun Ekosistem Alumni untuk Desa
Agar gerakan ini berjalan luas dan berdampak jangka panjang, perlu dibangun ekosistem alumni yang terorganisir dengan baik. Kampus, pemerintah, dan komunitas bisa bekerja sama untuk:
- Membuat program “Pulang Kampung” untuk lulusan (mirip seperti “Teach for Indonesia”, tapi versi desa wisata)
- Menyediakan insentif atau akses pendanaan bagi alumni yang ingin membangun usaha wisata di desa
- Membentuk forum alumni peduli desa, sebagai wadah berbagi cerita, mentoring, dan kolaborasi antar wilayah
- Melibatkan alumni dalam kurikulum kampus, agar mahasiswa termotivasi untuk tidak selalu mengejar kota
Dengan dukungan ini, alumni akan melihat desa bukan sebagai keterbatasan, tetapi sebagai peluang—untuk hidup, berkarya, dan berdampak.
Baca juga: Membangun Desa dari Kampus: Program Strategis yang Harus Diperkuat

Dari Desa, Kembali ke Desa
Kita mungkin tidak bisa memaksa semua lulusan untuk pulang kampung. Tapi kita bisa menanamkan kesadaran bahwa ilmu yang tidak kembali ke akar, akan kehilangan makna. Pulang kampung bukan berarti kalah. Justru dari situlah kita bisa menang—dalam makna yang lebih dalam dan berkelanjutan.
Penting juga bagaimana masyarakat desa berperan aktif, mulai dari perencanaan, sampai pengelolaan: Peran Nyata Masyarakat dalam Pengelolaan Desa Wisata
Sebagai penulis dan penggerak desa, saya percaya bahwa masa depan desa wisata akan lebih cerah jika ada lebih banyak anak muda yang kembali dengan bangga. Kembali membawa ilmu, hati, dan harapan. Karena sejatinya, yang bisa menjaga desa tetap hidup… adalah mereka yang pernah tumbuh di dalamnya.
Referensi:
- Ni Desak Made Santi Diwyarthi. (2022). Desa Wisata: Membangun Desa dengan Pariwisata. Politeknik Pariwisata Bali.
- Wibowo, T. (2021). Alumni Pulang Kampung: Solusi SDM Lokal Desa Wisata.
- Rachman, A. (2022). Mengelola Potensi Desa melalui Sinergi Alumni dan Komunitas.