Sedesa.id Di balik kampus-kampus megah yang berdiri di pusat kota, ada banyak desa di sekitarnya yang tengah mencari arah. Desa-desa ini punya potensi luar biasa—dari keindahan alam, kekayaan budaya, hingga masyarakat yang hangat. Tapi sayangnya, belum semua desa memiliki kapasitas untuk mengelola potensi itu menjadi kekuatan ekonomi berkelanjutan.
Di sinilah kampus hadir bukan sekadar pusat belajar, tapi juga sebagai titik awal pembangunan desa. Apalagi dalam konteks pariwisata berbasis masyarakat, kehadiran kampus bisa menjadi katalisator perubahan: menggerakkan, mendampingi, dan memperkuat kapasitas desa dalam membangun diri.
Artikel ini akan membahas program-program strategis yang bisa diperkuat kampus dalam upaya membangun desa wisata. Karena sejatinya, membangun desa bukan soal siapa punya kekuasaan, tapi siapa punya keberpihakan dan kemauan untuk terlibat.
Desa sebagai Mitra Strategis Kampus, Bukan Objek Sementara
Salah satu kesalahan umum dalam praktik pengabdian masyarakat oleh kampus adalah menjadikan desa sebagai objek sesaat. Mahasiswa datang, menjalankan program singkat, lalu pergi. Seringkali tanpa keberlanjutan, dan yang tersisa hanya papan nama dan dokumentasi.
Padahal, jika dilihat lebih jauh, desa bisa menjadi mitra belajar yang sangat kaya. Mereka memiliki sumber daya alam, sosial, dan budaya yang tak dimiliki kampus. Yang dibutuhkan adalah kemitraan jangka panjang yang setara dan saling belajar.
Model kemitraan strategis antara kampus dan desa bisa diwujudkan dalam bentuk:
- Program desa binaan lintas semester, bukan hanya KKN atau magang
- Tim dosen dan mahasiswa lintas prodi yang mendampingi desa secara tematik
- Sarana pengembangan riset terapan, di mana permasalahan desa jadi fokus penelitian kampus
- Skema co-creation, di mana warga desa dan sivitas akademik bersama-sama merancang solusi
Dengan pendekatan ini, desa bukan hanya ‘diperbaiki’, tapi diajak tumbuh bersama.
Kamu perlu baca ini: Pengabdian Mahasiswa, Dari KKN, Magang, Hingga Menjadi Pendamping Desa
Program Strategis yang Patut Diperkuat Kampus
Agar kontribusi kampus dalam membangun desa benar-benar terasa, ada beberapa program yang bisa diperkuat dan disinergikan. Tidak semua harus dimulai dari nol, beberapa program sudah berjalan namun perlu dukungan lebih serius.
Berikut adalah beberapa program strategis yang bisa dijadikan model:
1. Desa Wisata Binaan Berbasis Prodi
- Prodi pariwisata bisa mengelola satu atau beberapa desa sebagai laboratorium praktik tetap
- Mahasiswa dari semua semester bisa dilibatkan dalam proyek berkelanjutan: pembuatan paket wisata, konten digital, pelatihan warga, manajemen reservasi, dll
- Desa mendapatkan pendampingan berkesinambungan, bukan proyek temporer
2. Riset Aksi Partisipatif (Participatory Action Research)
- Penelitian dosen dan mahasiswa diarahkan untuk menyelesaikan persoalan nyata di desa
- Desa dilibatkan sejak perencanaan hingga evaluasi, bukan hanya jadi “responden”
- Hasil riset bisa langsung diterapkan, memberi dampak konkret
3. Pendampingan UMKM dan Digitalisasi Produk Desa
- Mahasiswa bisa mendampingi UMKM desa dalam branding, packaging, dan pemasaran digital
- Dibentuk tim kampus sebagai mentor berkelanjutan (bisa dari prodi bisnis, desain, komunikasi)
- Produk lokal naik kelas, ekonomi desa tumbuh
4. Program Alumni Pulang Kampus untuk Desa
- Kampus menginisiasi gerakan alumni untuk kembali ke desa asal dan membangun sektor wisata
- Alumni dibantu akses pendanaan, inkubasi bisnis, dan jaringan promosi
- Spirit “Ngayah ring Desa” dihidupkan kembali
Baca lebih lanjut: Kewajiban Kampus dalam Pembangun Desa Wisata
Manfaat Jangka Panjang: Untuk Desa, Kampus, dan Bangsa
Ketika kampus berkomitmen membangun desa, manfaatnya bukan hanya dirasakan oleh masyarakat desa. Kampus juga akan:
- Menjadi lebih relevan di mata masyarakat dan industri
- Memiliki jejaring komunitas akar rumput yang mendukung riset dan pengabdian
- Mencetak lulusan yang lebih empatik, kolaboratif, dan berjiwa sosial
Sementara itu, desa juga mendapat:
- Akses ke pengetahuan, teknologi, dan pendampingan
- Dukungan dalam membangun tata kelola desa wisata yang kuat
- Peningkatan kapasitas SDM dan ekonomi lokal
Dan pada akhirnya, Indonesia akan punya lebih banyak desa tangguh, mandiri, dan berdaya saing.
Kampus bisa menjalankan program besar dalam: Membangun Jaringan Desa Wisata

Saatnya Membangun dari Ruang Kelas hingga Pusat Desa
Kita tidak bisa bicara pembangunan pariwisata berkelanjutan tanpa melibatkan desa. Dan kita tidak bisa bicara penguatan desa tanpa melibatkan kampus. Karena kampus memiliki ilmu dan SDM, sementara desa memiliki konteks, realita, dan semangat perubahan.
Membangun desa dari kampus artinya mengubah cara pandang: dari sekadar kuliah untuk kerja, menjadi kuliah untuk berdampak. Mahasiswa tidak lagi hanya mengejar nilai IPK, tapi juga nilai sosial. Dosen tidak lagi hanya bicara teori, tapi turun tangan menjadi fasilitator perubahan.
Sebagai penulis dan pegiat komunitas desa, saya percaya bahwa koneksi antara kampus dan desa adalah kunci masa depan Indonesia. Mari perkuat program-program strategis, dan buktikan bahwa pembangunan dari kampus bisa menyentuh nadi desa, hingga ke akar.
Referensi:
- Ni Desak Made Santi Diwyarthi. (2022). Desa Wisata: Membangun Desa dengan Pariwisata. Politeknik Pariwisata Bali.
- Darmawan, A. (2021). Kampus Merdeka dan Kolaborasi Membangun Desa Wisata.
- Prasetyo, H. (2022). Sinergi Akademisi dan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal.