Sedesa.id Kabupaten Sleman, Yogyakarta memiliki beragam destinasi wisata menarik yang tentu saja sangat sayang jika terlewatkan. Salah satunya adalah Desa Wisata Puri Mataram. Minggu lalu, saya mengajak keluarga ke Desa Wisata yang dikelola oleh BUMDes ini.
Dalam catatan sebelumnya, saya pernah mengulas tentang keberhasilan Puri Mataram sebagai unit usaha BUMDes. Ulasan yang saya buat, setelah menemani kunjungan teman-teman BUMDes untuk studi banding pengelolaan BUMDes.
Bagi Anda yang belum membaca ulasan saya sebelumnya, silakan dapat membaca melalui artikel berikut ini: BUMDes Tridadi Makmur Unit Usaha Wisata Puri Mataram
Nah, dalam kesempatan kali ini saya ingin berbagi cerita pengalaman saya menikmati akhir pekan bersama keluarga. Tentu dalam situasi adaptasi kebiasaan baru ini, yang tentu saja akan berbeda dengan kunjungan sebelumnya dalam kondisi sebelum pandemi.
Protokol Kesehatan Desa Wisata
Ketika berkunjung ke Desa Wisata Puri Mataram, memasuki gerbang masuk, kita akan menjumpai tempat cuci tangan yang cukup banyak dan tersusun rapi berjarak. Setiap pengunjung wajib untuk cuci tangan terlebih dahulu sebelum dapat berkeliling menikmati suasana Puri Mataram.
Tempat cuci tangan yang digunakan sudah sangat baik. Menggunakan kran ari dengan pedal injak, begitu juga dengan tempat sabun dengan pedal injak. Sehingga benar-benar tidak ada sentuhan tangan yang terjadi di area cuci tangan. Semua menggunakan kaki untuk kebutuhan menyalakan kran air, dan juga kebutuhan sabun cuci tangan.
Penggunaan tempat cuci tangan dengan pedal injak ini memang menjadi salah satu standar dalam protokol kesehatan. Terutama akan kita jumpai di berbagai tempat makan. Memang lebih aman, dan ke depan mungkin saja menjadi salah satu kebiasaan baru.
Nah, di Desa Wisata Puri Mataram, dalam situasi adaptasi kebiasaan baru telah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Pengelola telah menyediakan tempat cuci tangan di beberapa titik, tidak hanya ketika awal masuk, akan tetapi di setiap sudut joglo, serta wahana wisata terapat tempat untuk cuci tangan lengkap dengan sabun. Informasi serta himbauan untuk cuci tangan, jaga jarak juga dipasang secara jelas.
Destinasi Untuk Keluarga
Tidak berlebih kiranya jika saya menyebut bahwa Desa Wisata Puri Mataram adalah salah satu destinasi wisata untuk keluarga yang cukup nyaman. Saya melihat bagaimana pengunjung rata-rata adalah dalam satu rombongan keluarga, baik itu keluarga kecil atau pun keluarga besar.
Berbagai wahana yang ada juga sangat mendukung kegiatan bersama keluarga. Misalnya, untuk mengenalkan kepada anak-anak seperti apa rasanya bermain dan memberi makan kelinci. Selain kelinci, juga terdapat kandang domba, yang mana Anda bisa secara langsung memberi makan domba dan bermain bersama.
Bagi sebagian orang kegiatan semacam ini adalah kegiatan yang sangat bermanfaat. Kapan lagi kita bisa berwisata bersama keluarga, yang juga sekaligus bisa mengajak serta anak-anak. Terlebih lokasi yang nyaman, di tengah kota namun masih asri.
Saya sendiri sering merekomendasikan Desa Wisata Puri Mataram kepada kerabat yang berkunjung ke Yogyakarta, khususnya Sleman. Juga kepada berbagai rekan kerja di Jogja yang kita biasa saling bercerita perihal menghabiskan waktu di akhir pekan.
Selain itu, Puri Mataram bagi saya adalah wisata edukasi untuk anak saya. Anak perempuan saya kali pertama melihat domba ya di sini. Pertama kali berinteraksi langsung dengan kelinci yang di sini. Pertama kali berani mendekati kuda juga di Puri Mataram ini.
Selain itu berbagai wahana yang ada memang sangat mendukung wisata edukasi anak. Bagi keluarga yang sudah memiliki anak usia 4-6 tahun, bisa seru-seruan menjaring ikan. Ini sangat menyenangkan, kita juga bisa terapi ikan loh.
Inovasi dan Inovasi
Saya sudah beberapa kali datang ke Puri Mataram, sejak awal ketika mulai dibuka untuk umum sampai kemudian hari ini, saya melihat bagaimana pengelola benar-benar inovatif dan kreatif. Berbagai hal terus berubah, berbagai pembenahan terus dilakukan. Ini yang juga menjadikan Puri Mataram tidak habis akal ketika harus menghadapi pandemi covid.
Memang yang menjadi kunci penting dalam pengelolaan destinasi wisata adalah bagaimana melakukan inovasi dan inovasi. Apa lagi dalam model kehidupan saat ini, yang mana tidak sedikit orang berkunjung hanya sekedar untuk foto. Setelah mendapatkan foto, kemudian mengunggah ke media sosial, mereka akan melupakan, sulit kiranya mendapatkan orang yang mau berkunjung kembali.
Namun bukan berarti tidak bisa untuk kita lakukan. Pengelola destinasi wisata, khususnya desa wisata harus berpikir kreatif dan inovatif. Saya sering kali menjadikan hal ini sebagai penekanan, bahkan menurut saya BUM Desa yang berhasil ya karena pengelola BUM Desa berpikir kreatif dan inovatif. Mereka tidak menjadi peniru dari unit usaha BUMDes di daerah lain.
Saya tidak mengatakan meniru itu buruk atau kurang baik. Meniru boleh-boleh saja, namun perlu kita perhatikan, apa yang akan kita tiru, duplikasi model seperti apa yang kita lakukan. Jika hanya sekedar meniru fisik, tanpa memperhatikan berbagai faktor keberhasilan yang lain. Maka, nasib BUM Desa akan kembali terulang, mati suri.
Banyak unit usaha BUM Desa khususnya unit usaha desa wisata yang terpaksa gulung tikar. Penyebabnya tidak lain karena mereka melakukan duplikasi model. Ini yang mereka duplikasi hanya fisik. Sedang pengelolaan, pemasaran, dan hal penting serta mendasar dalam kesuksesan unit usaha BUMDes terlewatkan begitu saja.
Jadi, lakukan inovasi dan inovasi. Seperti yang dilakukan pengelola Desa Wisata Puri Mataram. Mereka tidak berhenti melakukan inovasi dan inovasi. Berbagai kemungkinan baru terus mereka cari. Tentu saja termasuk dalam berbagai lini, utamanya adalah bagaimana memasarkan, menarik pengunjung agar bisa betah dan bisa menjadi pemasar dari desa wisata ini.
Demikian pembahasan kali ini mengenai Desa Wisata Puri Mataram. Semoga pembahasan kali ini bermanfaat. Tetap semangat membangun desa, menumbuhkan BUMDes. Salam. Ari Sedesa.id