Sedesa.id Bagaimana Menjaga Kredibilitas Usaha? Adalah pertanyaan yang sering kali ditanyakan kepada saya baik secara langsung atau melalui media sosial. Saya membuka diskusi seluas-luasnya kepada sahabat sekalian, kepada pembaca web sedesa.id atau mereka yang terhubung melalui Facebook Sedesa, Grup Whatsapp, dan juga terhubung secara langsung di akun media sosial saya. Tidak hanya membahas mengenai BUMDes dan Desa, juga banyak diskusi yang masuk misalnya perihal trik dan tips menggunakan tols media sosial untuk digunakan dalam pemasaran Online atau digital marketing.
Dalam beberapa hari terakhir, pertanyaan yang paling banyak masuk ke Whatsapp saya adalah perihal teknis, bagaimana mengelola Instagram yang baik dan benar, bagaimana membuat profil bisnis untuk akun bisnis kita, bagaimana membuat desain produk atau brosur Online yang mudah, dan lain sebagainya.
Pertanyaan berhubungan dengan cara, hal teknis seperti di atas, sangat mudah untuk kita cari tahu bersama jawabannya, untuk kita temukan dan selesaikan, karena bersifat teknis. Sehingga, dalam diskusi bisa segera diberikan panduan dan alhamdulillah dapat dilakukan secara jarak jauh.
Saya senang dapat membantu siapa saja, orang-orang yang terhubung di internet, untuk saling membantu, belajar bersama, walau kebanyakan menganggap saya ‘serba tahu’ padahal jujur saya sendiri juga masih belajar. Belajar bagaimana menjadikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang sukses, dan bagaimana menjalankan usaha yang sukses di era digital ini.
Hal teknis seperti di atas, sudah saya jelaskan bahwa itu mudah kita pelajari dan kita atasi, ada hal bukan teknis yang mana hal ini sulit kita pahami, sulit kita pelajari namun menjadi inti dari kunci sukses kita dalam menjalankan sebuah usaha, hal itu adalah kredibilitas dari usaha yang kita jalankan, kredibilitas di mata konsumen tentunya.
Pelanggan Pergi Sesuka Hati
Dalam kesempatan ini saya ingin bercerita bagaimana mudahnya pelanggan hilang dan beralih ke tempat lain. Sering kali pelaku usaha mengira perpindahan pelanggan terjadi karena persaingan harga, mungkin ada benarnya, namun tidak semua pelanggan memutuskan untuk pindah dari satu tempat langganan ke tempat baru hanya gara-gara harga, banyak faktor lain yang menjadi pertimbangan.
Beberapa waktu lalu, ketika mengantarkan istri untuk beraktivitas istri saya meminta berhenti di salah satu toko kue langganan istri saya, Toko Kue ini cukup terkenal dan memang pembeli selalu ramai.
Setelah menunggu cukup lama, saya bingung ketika istri saya kembali dan tidak membawa kue apa pun, lantas saya bertanya “Tidak jadi beli?” istri saya menjawab “Tidak” ketika saya tanyakan mengapa? Saya terkejut dengan jawabannya.
Istri saya tidak jadi membeli kue di Toko Kue tersebut karena di sudah mengantre lebih dahulu, dan oleh entah satu dan lain hal pelayan tidak memperhatikan kedatangan dan antrean istri saya, jadi pelayan justru melayani orang lain yang datang lebih belakangan dari pada istri saya.
Saya tentu masih bertanya kepada istri saya, apakah persoalan seperti itu penting? Ternyata bagi konsumen ‘istri saya’ merasa hal itu sangat penting, pelanggan butuh diakui keberadaannya, tidak boleh ada orang yang dilewatkan atau diabaikan kedatangannya apa lagi sampai didahului pelanggan lain dalam mendapatkan pelayanan.
Saya jadi membayangkan, istri saya yang selama ini berlangganan kue di Toko tersebut, bisa seketika tidak nyaman dan tidak lagi ‘suka’ bukan soal rasa dan harga, namun pelayanannya, soal merasa tidak dianggap.
Dari cerita di atas, dapat diambil kesimpulan bagaimana pelanggan dapat segera beralih ke tempat lain dalam hitungan detik, bukan karena harga tapi karena kualitas pelayanan.
Cerita seperti di atas, jika dilanjutkan bisa berujung pada banyak hal, misalnya bisa saja istri saya bercerita di antara kerabat dan temannya yang lain, cerita dari mulut ke mulut bisa menjadikan orang juga memilih tidak ‘membeli lagi’ di toko yang sama.
Ini tentu merusak kredibilitas, karenanya saya berpesan pada istri untuk tidak menyampaikan kepada siapa pun, saya akan menyampaikan langsung ke manajemen toko sebagai kritik-saran ketika ada kesempatan berkunjung ke toko tersebut.
Bagaimana Menjaga Kredibilitas Usaha Agar Pelanggan Tidak Pergi Tanpa Bekas?
Dari apa yang dialami dalam cerita istri saya, lantas saya mengadakan diskusi di WhatsApp Grup yang memang berisikan teman-teman calon pengusaha sukses Insya Allah amin, beberapa hal yang dapat saya simpulkan dari hasil diskusi di WhatsApp Grup adalah; sekecil apa pun usaha yang sedang kita rintis, atau sebesar apa pun usaha yang telah kita jalankan, kunci keberlangsungannya ada di tangan pelanggan.
Karenanya, muncul pertanyaan Bagaimana Menjaga Kredibilitas Usaha Agar Pelanggan Tidak Pergi Tanpa Bekas? Kita perlu belajar dari berbagai pelaku usaha yang telah berhasil membuat ‘nyaman’ para pelanggannya, menjadikan pelanggan mereka pelanggan yang loyal. Mampu menjaga kredibilitas usahanya.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan 3 cara; 1. Memberi Layanan Maksimal, 2. Menjaga Kepercayaan, 3. Meningkatkan Kemampuan. Mari kita bahas satu persatu di bawah ini;
1. Memberi Layanan Maksimal
Bagaimana Menjaga Kredibilitas Usaha Anda? Pertama adalah dengan memberi layanan maksimal. Percayalah bahwa pembeli tidak hanya membutuhkan produk atau jasa yang Anda sediakan, seperti cerita istri saya di atas, terkadang pembeli meminta hal lebih dari pada sekedar rasa produk atau pun harga sebuah produk, hal yang diminta pembeli itu adalah kepuasan batin pembeli.
Karenanya menjadi penting bagi kita sebagai pelaku usaha untuk bisa memberi layanan maksimal, agar kita senantiasa mampu melayani dengan baik, ini berlaku kepada semua pelanggan kita baik pelanggan baru atau pun pelanggan lama.
Kata melayani bukan berarti memberikan segala sesuatu yang diinginkan pembeli, namun yang dimaksudkan adalah kita mampu memberikan sesuai prosedur atau standar yang telah kita buat. Contoh sederhana seperti istri saya di atas adalah perihal rasa ‘dilayani’ untuk diperhatikan kedatangannya dan siapa yang antre/datang lebih dahulu untuk dipersilakan lebih dahulu.
2. Menjaga Kepercayaan
Kepercayaan adalah hal penting dalam bisnis, baik itu kepercayaan kepada rekanan bisnis dan juga tentu saja kepercayaan konsumen atau pelanggan.
Saya kembali mengambil contoh dari cerita istri saya di atas, bayangkan jika istri saya kemudian bercerita kepada keluarga dan rekanannya, maka itu akan merusak kredibilitas usaha Toko Kue tersebut.
Seperti telah saya jelaskan, mengapa saya meminta istri saya untuk tidak bercerita kepada siapa pun, dan saya yang akan bercerita ke pihak manajemen toko, karena saya paham betul istri saya adalah salah satu pelanggan di awal-awal keberadaan Toko Kue tersebut.
Istri saya sebenarnya pelanggan yang ‘loyal’ sudah banyak istri saya bercerita dan memberikan rekomendasi soal rasa dan harga kue yang dijual oleh Toko Kue tersebut, dan banyak dari keluarga dekat dan rekanan istri yang kemudian juga menjadi pelanggan di toko kue tersebut.
Sebagai pembeli pertama, istri saya sangat percaya kepada produk dan layanan yang ditawarkan oleh Toko Kue tersebut, istri saya mempercayai bahwa Toko Kue tersebut memiliki kredibilitas yang cukup untuk kemudian direkomendasikan kepada orang lain.
Karenanya menjaga kepercayaan menjadi sangat penting, ini menyangkut kredibilitas dari pada usaha yang kita jalankan. Pelanggan yang sudah percaya jika merasa dikecewakan akan menjadi sebab kredibilitas usaha kita menurun di antara pelanggan yang lain.
3. Mau Berubah dan Mengikuti Perkembangan
Bagaimana Menjaga Kredibilitas Usaha yaitu dengan mau berubah dan mengikuti perkembangan. Tujuan dari sebuah bisnis/usaha adalah mendapatkan pasar/keuntungan dari terjualnya atau dibelinya produk dan jasa yang mereka tawarkan. Di era digital seperti saat ini, perkembangan pasar begitu cepat, hal ini memaksa pelaku usaha untuk dapat meningkatkan sumber daya yang dimiliki.
Banyak pelaku usaha yang masih enggan beranjak ke Usaha berbasis digital/internet sebagai saluran pemasarannya. Mereka masih bersikukuh pada pasar offline. Saya kira tidak 100% salah, karena memang mereka masih memiliki pasar offline di saat ini, tapi dengan tidak beranjak ke pasar Online, maka kesempatan pasar yang lebih luas telah diabaikan.
Saya banyak menemui pelaku usaha dalam sebuah acara pelatihan, bagaimana mereka berusaha keras untuk mengombinasikan antara pasar offline dan online, karena memang tidak semua pelaku usaha dapat memahami perkembangan dunia online yang berkembang begitu cepat. Tapi mereka paham dan sadar, perilaku konsumen sudah berubah, calon pembeli banyak berada di pasar Online, dan mereka sebagai pelaku usaha harus ada dan muncul di pasar Online.
Dalam sebuah kesempatan saya pernah berkunjung ke pelaku usaha kecil menengah di kabupaten Kulon Progo, saya melihat rumah produksinya, saya menghitung kapasitas produksi harian yang mampu dibuat, Sumber Daya yang digunakan sangat terbarukan, semua serba inovasi termasuk dalam hal pemasaran.
Pelaku UMKM ini memiliki tim pemasar / digital marketing, dan memiliki anggaran untuk iklan di internet, ketika saya tanyakan perihal peningkatan pendapatan jawabannya 400% peningkatan terjadi sejak pasar Online digarap.
Kesimpulan
Pelanggan menjadi kunci keberlangsungan sebuah usaha, sebab tanpa adanya pelanggan tentu produk atau jasa yang kita tawarkan tidak akan laku, tidak ada pembelian, tidak ada pemasukan, yang berarti usaha kita pun tidak akan berjalan. Baik dalam skala kecil atau besar, sebagai pelaku usaha kita perlu memahami bagaimana keinginan konsumen atau pelanggan.
Perusahaan besar memberikan layanan keluhan atau suara konsumen yang bisa digunakan oleh pelanggan menyampaikan keluh kesah atau kritiknya, hal ini dimaksudkan agar jika terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan, konsumen tidak menyebarkan kepada khalayak luas tapi menyampaikan ke perusahaan untuk diatasi. Lihat saja pada kemasan-kemasan produk yang kita gunakan, akan ada layanan konsumen dan biasanya bebas pulsa.
Begitu juga kita dalam menjalankan usaha, baik usaha kecil menengah atau usaha bersama seperti halnya Badan Usaha Milik Desa agar memperhatikan keberadaan konsumen sebaik mungkin, jangan mengira bahwa ketika kita sudah ramai pembeli hal itu akan terus bertahan jika kita tidak ‘melayani’ dengan baik kemungkinan konsumen kecewa akan menjadi gunung es yang dapat meruntuhkan bangunan usaha kita.
Demikian pembahasan kali ini mengenai Bagaimana Menjaga Kredibilitas Usaha, semoga bermanfaat dan dapat menjadikan kita sukses dalam menjalankan usaha kita. Semoga bermanfaat. Salam. Ari Sedesa.id