Sedesa.id Desa Digital adalah jawaban dari Perkembangan teknologi dan informasi di era 4.0 ini yang berkembang begitu cepat, sehingga keberadaannya tidak lagi hanya didominasi oleh mereka yang berada di kota namun telah sampai di seluruh penjuru desa.
Keberadaan teknologi informasi pada akhirnya memotong jarak, orang kini saling terhubung satu sama lain, dalam tempat yang berbeda dan waktu yang berbeda, jarak yang berjauhan dapat saling berkomunikasi dan bertukar informasi.
Dunia yang beranjak memasuki era digital 4.0 ini pun akhirnya sampai di desa desa, banyak desa yang sudah menerapkan sistem digital di daerahnya, atau kita sering menyebut sebagai Desa Digital. Mari berkenalan dengan Desa Digital pertama di Indonesia, yaitu Desa Digital Lamahu.
Sejarah Singkat Desa Lamahu
Desa Lamahu merupakan salah satu Desa di antara 10 Desa di Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango, akibat dari hasil reformasi tahun 2007. Desa Lamahu memisahkan diri dari Desa Huntu Selatan pada tanggal 22 Juni 2007 dengan penjabat Kepala Desa Bapak Abd. Bari Hasiru. Dengan ini sebelumnya bernama Desa persiapan Harapan dan berubah menjadi Desa Definitif Lamahu pada tanggal 10 Desember 2007.
Pada akhir Tahun 2007 diadakan PILKADES yang diikuti oleh 2 (dua) orang calon Kepala Desa, dengan menghasilkan Bapak Abd. Bari Hasiru sebagai Kepala Desa Terpilih yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Bone Bolango Nomor 331.D Tahun 2007 tanggal 10 Desember 2007.
Selanjutnya pada Hari Selasa Tanggal 05 November 2013 diadakan Pemilihan Kepala Desa Lamahu periode 2014-2019 yang diikuti oleh 3 (tiga) orang calon kepala Desa dan menghasilkan Bapak Hasan Hasiru, S.Pd sebagai Kepala Desa terpilih.
Menjadi Desa Digital
Desa Lamahu menjalankan konsep desa digital dengan inisiasi dari jajaran aparat Desa Lamahu, Kecamatan Bulango Selatan, Bone Bolango, Gorontalo, dalam mengembangkan Command Center berbasis Android.
Gagasan Desa Digital ini, pada akhirnya, menjadikan Desa Lamahu menjadi pilot project desa digital pertama di Indonesia lewat Command Center. Menjadi rujukan pemerintah daerah dan pusat, dalam upaya penyelenggaraan berbagai program pemerintah yang berbasis Digital; Desa Digital dan Command Center.
Bagi Anda yang tinggal di kota besar seperti Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar atau Bandung, tentu Command Center bukan barang baru, Anda sudah tidak asing dengan Command Center yang dijalankan untuk berbagai keperluan pelayanan publik.
Sebagai pengetahuan bersama; Command Center merupakan sebuah gagasan pelayanan yang mengedepankan respons cepat oleh pemerintah yang berbasis Android. Di kota besar pelayanan sampai pada tahap perpanjangan Surat Kendaraan sudah menggunakan Commond Center.
Konsep ini kemudian oleh pemerintah Desa Lamahu dilakukan pengembangan dengan konsep Command Center dalam spektrum kedesaan. Keberadaannya dimaksudkan sebagai pusat pelayanan berbasis digital pemerintah desa, dan terbukti banyak mendatangkan manfaat dalam melayani kebutuhan masyarakat dengan cepat dan mudah.
Fitur dan Cara Kerja
Apa saja Fitur yang dari Command Center Desa Digital Lamahu; yaitu Layanan Keamanan Desa, Layanan Kesehatan dan Layanan Pengurusan Berkas. Untuk dapat memanfaatkan kemudahan dari tiga layanan yang disediakan, maka masyarakat desa perlu terlebih dahulu untuk menginstal Aplikasi di smartphone mereka.
Command Center yang dijalankan di Desa Digital Lamahu menjadi satu pusat sistem desa digital yang dapat memantau aktivitas dan juga memberikan layanan masyarakat dalam satu desa. Seperti layanan yang telah disebutkan di atas.
Dalam hal keamanan Desa misalnya, maka konsep desa digital Lamahu telah ditunjang dengan keberadaan 32 tiang cerdas atau smart pole yang dilengkapi CCTV, WI-FI, lampu otomatis, serta sensor cahaya dan gerak.
Smart pole ini dipasang di sembilan titik pada kawasan pinggiran desa dan 23 titik lagi di permukiman rumah warga serta lahan pertanian. Tujuannya jelas, untuk memberikan keamanan bagi warga desa.
Ketika warga yang telah menginstal aplikasi, ketika ada kejadian tindak kriminal maka warga hanya tinggal menekan tombol darurat pada aplikasi Panic Button. Kemudian alarm akan berbunyi dan telah terintegrasi di smartphone Babinsa Babinkamtimas, aparat desa, dan kecamatan serta kepala Puskesmas.
Ketika warga ingin melakukan pengurusan berkas maka tinggal menuju tombol pengurusan berkas di aplikasi, kemudian warga yang menekan secara otomatis itu akan muncul data lengkap kependudukannya yang telah di-input. Data kependudukan itu muncul dengan mode tampilan meliputi nama, letak GPS, dan identitas lainnya.
Keberadaan wifi yang tersebar di seluruh Desa, menjadikan warga bisa saling terhubung, dan memanfaatkan wiffi dengan sebaik mungkin guna mendukung kegiatan digital, untuk menggunakan wifi tinggal login dengan meng-input data kependudukannya berupa NIK dan password.
Kesimpulan
Melihat begitu banyak manfaat dari keberadaan Desa Digital, maka tidak heran jika lintas kementerian pun membuat program mendukung terlaksananya konsep ini. Nah bagaimana dengan Anda? Bagaimana di desa Anda? Semoga keberadaan dan perkembangan teknologi informasi dapat bermanfaat bagi kita semua. Salam. Ari Sedesa.id