• Call: +6285643190105
  • E-mail: sapasedesa@gmail.com
  • Login
  • Register
Education Blog
  • Desa
    • Koperasi
    • BUMDes
    • Peluang Usaha
    • Materi dan Publikasi
  • Digital Marketing
  • Nalara Kopi
  • Sedesa TV
  • Layanan
    • Pelatihan Wisata Berkelanjutan
    • Pelatihan Pasar Rakyat
No Result
View All Result
sedesa.id
No Result
View All Result
Home PUSTAKA Catatan Penulis

Membangun Jaringan Desa Wisata

Ryan Ariyanto by Ryan Ariyanto
April 19, 2025
in Catatan Penulis, Desa Wisata
0
sedesa.id Membangun Jaringan Desa Wisata
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on TekegranShare on Tekegran

Sedesa.id Bayangkan dua desa wisata yang sama-sama memiliki keindahan alam, budaya yang kaya, dan masyarakat yang ramah. Namun, satu desa ramai dikunjungi wisatawan, banyak diliput media, dan sering menjadi lokasi pelatihan serta kerja sama proyek. Sementara desa lainnya sepi, tidak dikenal, dan kesulitan berkembang. Apa yang membedakan keduanya?

Seringkali, jawabannya ada pada satu kata: jaringan.

RelatedPosts

Jenis Usaha Koperasi Desa Merah Putih: Apa Saja yang Bisa Dikembangkan?

Model Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih: Baru, Revitalisasi, atau Pengembangan?

Tahapan Pendirian Koperasi Desa Merah Putih

Dalam dunia pariwisata yang terus berubah, membangun jejaring (networking) bukan lagi sekadar tambahan, tapi kebutuhan utama. Desa wisata yang terhubung dengan banyak pihak—dari pemerintah, akademisi, media, hingga pelaku industri—akan lebih mudah berkembang. Jaringan membuka pintu untuk pelatihan, pendanaan, promosi, hingga kolaborasi lintas sektor.

Artikel ini mengulas pentingnya networking dalam pengembangan desa wisata, cara membangunnya secara bertahap, dan bagaimana hubungan yang dibangun dengan baik dapat menjadi fondasi keberlanjutan.

Desa Bukan Pulau: Pentingnya Keterhubungan

Tak ada desa yang bisa berkembang sendirian. Apalagi dalam konteks wisata, desa harus bisa menjalin relasi dengan banyak pihak. Sejak dari awal pembentukan desa wisata, keterlibatan lintas sektor sangat dibutuhkan—baik dari sisi regulasi, promosi, hingga edukasi.

Sayangnya, masih banyak pengelola desa wisata yang merasa cukup hanya dengan mengandalkan potensi internal. Mereka berpikir bahwa keindahan alam dan keramahan masyarakat sudah cukup untuk menarik tamu. Padahal, tanpa jaringan, potensi besar bisa terpendam begitu saja.

Beberapa keuntungan utama dari networking dalam desa wisata antara lain:

  • Akses ke pelatihan dan pengembangan kapasitas melalui kerja sama dengan kampus dan lembaga pelatihan.
  • Promosi gratis atau berbiaya rendah dari media partner dan influencer yang sudah dipercaya publik.
  • Kesempatan pendanaan dari CSR perusahaan, hibah pemerintah, atau program internasional.
  • Pertukaran ide dan praktik baik dari sesama desa wisata lain yang lebih dulu berkembang.

Jaringan juga menciptakan daya tawar. Desa yang punya banyak relasi tidak mudah ditinggalkan, tidak mudah dikalahkan oleh tren, dan bisa bertahan lebih lama dalam ekosistem wisata.

Baja jug: Solusi Cerdas untuk Tantangan Desa Wisata: Alam, Manusia, dan Energi

Siapa Saja yang Harus Diajak Berjejaring?

Membangun jejaring bukan sekadar “mengenal banyak orang”, tetapi membangun hubungan yang bernilai, saling menguatkan, dan berjangka panjang. Dalam konteks desa wisata, setidaknya ada lima kelompok kunci yang perlu dijadikan mitra strategis:

  1. Pemerintah dan Dinas Pariwisata
    Hubungan baik dengan instansi pemerintah sangat penting, terutama dalam hal legalitas, pengembangan infrastruktur, dan promosi melalui event nasional atau daerah. Desa wisata yang aktif membangun komunikasi dengan dinas terkait akan lebih mudah mendapat dukungan program.
  2. Lembaga Pendidikan dan Riset (Kampus/SMK)
    Kampus bisa menjadi mitra dalam pelatihan, penelitian, evaluasi program, bahkan membantu mendesain paket wisata edukatif. Mahasiswa juga bisa dilibatkan dalam KKN atau magang.
  3. Media dan Influencer
    Kehadiran media dapat memperkenalkan desa wisata ke khalayak yang lebih luas. Media lokal, nasional, hingga jurnalis traveling bisa membantu mengangkat cerita unik desa. Influencer, jika dipilih dengan tepat, dapat menjadi juru bicara desa di platform digital.
  4. Pelaku Industri (Travel agent, hotel, platform digital)
    Desa wisata bisa bermitra dengan travel agent atau online travel platform untuk menjangkau pasar yang lebih besar. Kerja sama ini bisa meliputi sistem reservasi, bundling paket, atau promosi silang.
  5. Sesama Desa Wisata dan Komunitas Lokal
    Kolaborasi antardesa sangat penting untuk saling belajar, bertukar praktik, bahkan membangun jejaring paket wisata lintas desa. Ini akan memperkuat daya tarik dan membuat pengunjung tinggal lebih lama di kawasan tersebut.

Pelajari lebih lanjut: Menjalin Kerja Sama Melalui BUMDESMA

Cara Membangun Jaringan yang Efektif

Networking bukan kegiatan yang instan. Ia dibangun dari proses bertahap, mulai dari memperluas pergaulan, menjaga komunikasi, hingga menciptakan kolaborasi. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh desa wisata:

  • Mulai dari lokal: Bangun hubungan erat dengan pemangku kepentingan desa sendiri. Jika hubungan internal kuat, eksternal akan lebih mudah dibangun.
  • Buat proposal dan profil desa wisata yang profesional: Banyak desa belum punya media promosi yang baik. Buatlah booklet, website, atau video profil yang bisa dikirimkan ke calon mitra.
  • Aktif mengikuti forum, pelatihan, atau bursa pariwisata: Gunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan desa dan menjalin kontak baru.
  • Manfaatkan media sosial: Jaringan bisa dibangun secara digital. Aktif menyapa, berbagi konten, dan merespons komentar dapat memperluas jejaring digital.
  • Jaga hubungan dengan mitra lama: Seringkali, desa hanya semangat saat awal kerja sama, lalu kehilangan komunikasi. Padahal, menjaga hubungan jangka panjang lebih penting dari sekadar mencari mitra baru.

Menarik untuk kamu baca: Membangun jaringan kerja sama BUMDes

Penutup: Kolaborasi Adalah Jalan Menuju Keberlanjutan

Dalam dunia desa wisata, kerja sama bukan pilihan, tapi keharusan. Potensi terbaik desa tidak akan sampai ke publik jika hanya disimpan sendiri. Jaringan yang kuat membuka jalan bagi inovasi, akses pasar, dan keberlanjutan.

Sebagai penulis dan pegiat desa, saya percaya bahwa kekuatan terbesar desa bukan hanya pada alam atau budaya, tapi pada kemampuan membangun hubungan yang bermakna. Ketika desa saling terhubung, dan ketika desa mampu menjalin jejaring dengan dunia luar, maka tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai.

Mari jadikan networking sebagai nafas dalam membangun desa wisata. Bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.


Referensi:

  • Ni Desak Made Santi Diwyarthi. (2022). Desa Wisata: Membangun Desa dengan Pariwisata. Politeknik Pariwisata Bali.
  • Habibie, F. H. (2022). Strategi Kolaborasi Desa Wisata dalam Pengembangan SDM dan Branding Digital.
  • Cecep. (2021). Peran Jejaring Komunitas dalam Peningkatan Daya Saing Desa Wisata.

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X

Terkait

Previous Post

Solusi Cerdas untuk Tantangan Desa Wisata: Alam, Manusia, dan Energi

Next Post

Ngayah ring Desa, Sarjana Pariwisata Pulang untuk Membangun Desa

Ryan Ariyanto

Ryan Ariyanto

Ryan Ariyanto aktif berkegiatan untuk desa, pemberdayaan masyarakat dan dunia digital marketing. Selain aktif mengelola sedesa.id, juga sebagai Peneliti Lepas Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM. Saat ini bekerja sebagai Analis Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka - Kampus Merdeka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Related Posts

sedesa.id Jenis Usaha Koperasi Desa Merah Putih
Catatan Penulis

Jenis Usaha Koperasi Desa Merah Putih: Apa Saja yang Bisa Dikembangkan?

by Ryan Ariyanto
April 23, 2025
0

Sedesa.id Kalau bicara koperasi, sebagian dari kita mungkin langsung membayangkan koperasi simpan pinjam atau koperasi sekolah yang pernah kita ikuti...

Read moreDetails
sedesa.id Model Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih
Catatan Penulis

Model Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih: Baru, Revitalisasi, atau Pengembangan?

by Ryan Ariyanto
Mei 18, 2025
0

Sedesa.id Setiap desa punya karakter berbeda. Ada yang sudah punya koperasi sejak dulu, tapi kini mati suri. Ada yang baru...

Read moreDetails
sedesa.id Tahapan Pendirian Koperasi Desa Merah Putih
Catatan Penulis

Tahapan Pendirian Koperasi Desa Merah Putih

by Ryan Ariyanto
Mei 18, 2025
0

Pemerintah Indonesia menargetkan pembentukan 80.000 Koperasi Desa Merah Putih. Prosesnya melibatkan sosialisasi, Musyawarah Desa Khusus, rapat pendirian, integrasi koperasi lama,...

Read moreDetails

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Archive

Most commented

Kolaborasi Koperasi Merah Putih, UMKM, dan BUMDes untuk Dorong Ekonomi Desa

Peran Koperasi Desa dalam Ketahanan Pangan dan Kesehatan Masyarakat

Sistem Monitoring dan Evaluasi Koperasi Desa Merah Putih

Pendanaan Koperasi Desa Merah Putih: Dari APBN hingga Dana Desa, Siapa Bayar Apa?

Struktur Organisasi Koperasi Desa Merah Putih: Siapa Mengatur, Siapa Diawasi?

Jenis Usaha Koperasi Desa Merah Putih: Jangan Hanya Simpan Pinjam

Seedbacklink
Banner BlogPartner Backlink.co.id
  • About us
  • Terms of service
  • Privacy Policy
Call us: 085643190105

Sedesa.id © 2025

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Desa
    • Koperasi
    • BUMDes
    • Peluang Usaha
    • Materi dan Publikasi
  • Digital Marketing
  • Nalara Kopi
  • Sedesa TV
  • Layanan
    • Pelatihan Wisata Berkelanjutan
    • Pelatihan Pasar Rakyat

Sedesa.id © 2025

Eksplorasi konten lain dari sedesa.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca