Sedesa.id Desa wisata sering disebut sebagai “simpul harapan baru” dalam pembangunan ekonomi lokal. Namun realitanya, membangun desa wisata bukanlah perkara mudah. Di balik potensi besar yang dimiliki, tersimpan banyak tantangan nyata—baik dari sisi sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun energi yang menopang kegiatan wisata.
Tantangan ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan semangat. Diperlukan pendekatan yang lebih cerdas, strategis, dan berkelanjutan. Apalagi di era pasca pandemi dan di tengah perubahan iklim yang semakin nyata, desa wisata harus lebih adaptif dan tangguh menghadapi gejolak. Artikel ini akan membahas tiga jenis tantangan utama desa wisata dan bagaimana solusi inovatif dapat diterapkan agar desa tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan bersinar.
Tantangan 1: Ketidakpastian Alam dan Cuaca Ekstrem
Desa wisata umumnya sangat bergantung pada kondisi alam: pemandangan pegunungan, sawah terasering, sungai alami, atau kebun kopi. Namun perubahan iklim membawa risiko yang tidak bisa diabaikan. Cuaca yang tidak menentu, hujan ekstrem, longsor, dan kekeringan bisa merusak akses jalan, mengganggu aktivitas wisatawan, bahkan membahayakan keselamatan.
Selain itu, ketergantungan pada musim tertentu membuat desa rentan. Contohnya, desa wisata yang fokus pada wisata petik buah atau panen kopi akan mengalami penurunan kunjungan saat musim belum tiba. Tanpa diversifikasi produk, potensi ini menjadi titik lemah.
Solusi:
- Menyusun kalender wisata alternatif yang tidak hanya bergantung pada musim, seperti kegiatan workshop kerajinan, kelas memasak tradisional, atau pelatihan seni.
- Menyediakan atraksi dalam ruang tertutup (bale desa, rumah budaya) yang bisa digunakan saat cuaca buruk.
- Membangun sistem mitigasi bencana berbasis komunitas, termasuk pelatihan tanggap darurat dan jalur evakuasi yang jelas.
- Menanam pohon peneduh, penguat lereng, dan tanaman konservasi sebagai bagian dari wisata edukasi sekaligus pelindung lingkungan.
Dengan strategi ini, desa tidak hanya lebih siap menghadapi cuaca ekstrem, tapi juga menjadikan keberlanjutan lingkungan sebagai nilai jual utama.
Baca juga: Strategi Bertahan dan Bangkit Desa Wisata
Tantangan 2: Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak semua desa memiliki sumber daya manusia yang siap menyambut wisatawan. Masalah seperti kurangnya keterampilan pelayanan, lemahnya kemampuan berbahasa asing, hingga kesenjangan generasi membuat desa kesulitan memberikan pengalaman terbaik kepada tamunya.
Kadang, SDM lokal hanya terlibat sebagai tenaga kasar (seperti parkir atau kebersihan), sementara posisi strategis diambil pihak luar. Ini menciptakan ketimpangan yang bisa menimbulkan konflik sosial dan menghambat semangat kolektif dalam mengembangkan pariwisata.
Solusi:
- Mengadakan pelatihan reguler tentang hospitality, bahasa asing, digital marketing, dan storytelling desa.
- Melibatkan lembaga pendidikan, terutama SMK pariwisata dan kampus lokal untuk program magang dan pendampingan langsung di lapangan.
- Mengembangkan sistem kaderisasi, dengan melibatkan pemuda sebagai penggerak wisata digital dan pendamping wisatawan.
- Memberikan penghargaan dan insentif bagi warga yang menunjukkan dedikasi tinggi dalam pelayanan wisata, untuk meningkatkan motivasi.
Sumber daya manusia adalah jantung dari desa wisata. Tanpa SDM yang ramah, cekatan, dan bangga terhadap desanya, wisata tidak akan berkembang—sehebat apapun potensi alamnya.
Baca artikel berikut: Pentingnya Pelatihan untuk Meningkatkan Kualitas SDM Desa
Tantangan 3: Akses dan Energi yang Terbatas
Banyak desa wisata berada di daerah yang jauh dari pusat kota, dengan akses transportasi yang terbatas dan jaringan listrik atau internet yang lemah. Ini menyulitkan pengelolaan dan pemasaran desa, terutama di era digital yang serba cepat. Bahkan beberapa homestay tidak memiliki sumber energi yang cukup stabil untuk menyalakan alat pendingin atau pemanas air.
Ini menjadi masalah serius. Sebab wisatawan zaman sekarang, terutama dari kalangan urban dan internasional, mengharapkan kenyamanan dasar seperti jaringan internet stabil, penerangan memadai, dan transportasi yang mudah diakses.
Solusi:
- Membangun kerjasama dengan penyedia layanan internet dan listrik untuk pengembangan jaringan khusus desa wisata.
- Mengadopsi teknologi energi terbarukan seperti solar panel untuk homestay atau fasilitas umum.
- Menyediakan kendaraan antar-jemput komunitas atau sepeda listrik bagi tamu sebagai bagian dari wisata ramah lingkungan.
- Mengusulkan program prioritas dari pemerintah daerah untuk pembangunan infrastruktur berbasis desa wisata, sebagai bentuk investasi jangka panjang.
Energi dan konektivitas bukan lagi kemewahan, melainkan kebutuhan dasar bagi desa wisata yang ingin bersaing secara profesional di panggung nasional maupun global.
Kamu perlu tahu hal ini: Indikator Penting dalam Pembangunan Ekonomi Desa
Inovasi Desa Berangkat dari Kesadaran Warga
Tiga tantangan utama—alam, manusia, dan energi—adalah fakta yang harus dihadapi oleh hampir semua desa wisata di Indonesia. Namun, bukan berarti desa harus menyerah. Justru dari keterbatasan inilah lahir banyak inovasi lokal yang berakar kuat pada kearifan desa.
Kuncinya adalah membangun kesadaran kolektif, bahwa keberhasilan desa wisata tidak bergantung pada satu tokoh atau satu proyek, tetapi pada sinergi semua elemen desa. Solusi terbaik tidak selalu datang dari luar, tapi bisa lahir dari rembuk warga, percakapan antar generasi, dan keberanian mencoba hal baru.
Sebagai penulis dan penggerak desa, saya percaya bahwa desa yang tangguh bukanlah desa yang sempurna, tapi desa yang mau terus belajar, mencoba, dan bangkit bersama. Mari jadikan tantangan sebagai titik tolak lahirnya desa wisata yang lebih inklusif, cerdas, dan berkelanjutan.
Baca tulisan sebelumnya mengenai: Lima Pilar Penting Keberhasilan Desa Wisata Berkelanjutan
Referensi:
- Ni Desak Made Santi Diwyarthi. (2022). Desa Wisata: Membangun Desa dengan Pariwisata. Politeknik Pariwisata Bali.
- Dewi, R., Suyanto, E., & Harliana, S.T. (2021). Pengelolaan Swadaya dan Ketahanan Desa Wisata Pasca Pandemi.
- Zakaria, F., Supriharjo, R.D. (2014). Kawasan Desa Wisata: Antara Potensi dan Tantangan Energi. Jurnal Teknik Pomits.
- Santika, E.E. (2017). Keterlibatan SDM Lokal dalam Tata Kelola Desa Wisata Berbasis Komunitas.