Sedesa.id Sebagian besar dari kita tentu tidak asing dengan Desa Wisata dan Wisata Desa, namun sebenarnya apakah ada perbedaan dari kedua istilah ini? Apakah sama-sama wisata dengan konsep pengembangan dari potensi desa? Atau ada hal lain yang menjadi ciri dan pembeda dari keduanya? Mari kita bahas.
Negara kita Indonesia, memiliki kekayaan alam, budaya, yang menjadi potensi besar dalam pengembangan pariwisata, terlebih lagi wisata berbasis desa. Nah, dalam wisata berbasis desa ada dua konsep yang sering muncul dalam konteks ini adalah “desa wisata” dan “wisata desa”. Walau kedengarannya mirip atau bahkan terkesan sama, namun ternyata keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Secara gambaran besar: Desa wisata menonjolkan kehidupan pedesaan yang autentik dan terpadu, sementara wisata desa lebih fleksibel dan berfokus pada aktivitas wisata di lingkungan pedesaan.
Desa wisata mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan desa, termasuk budaya, alam, dan interaksi sosial, sehingga menciptakan pengalaman yang menyeluruh dan mendalam bagi para pengunjung. Wisatawan dapat merasakan langsung kehidupan sehari-hari di desa, belajar tentang tradisi lokal, dan menikmati keindahan alam yang asri.
Sedangkan, wisata desa menawarkan pengalaman yang lebih singkat dan fleksibel, cocok bagi mereka yang ingin menikmati keindahan pedesaan tanpa komitmen tinggal yang lama.
Melalui artikel ini, mari kita belajar bersama, tentang perbedaan antara desa wisata dan wisata desa, serta potensi dan strategi pengembangan keduanya di Indonesia. Dengan memahami konsep ini, diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam bagi pengembangan pariwisata berbasis desa yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat lokal.
Pengertian Desa Wisata dan Wisata Desa
Mari kita mulai dari pengertian kedua istilah ini, dan kita bedah apa yang menjadi pembeda dari keduanya, sebagai berikut:
Desa wisata adalah suatu bentuk kawasan wisata yang mengintegrasikan atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Konsep ini menonjolkan keunikan dan daya tarik desa, baik dari segi fisik lingkungan maupun sosial budayanya.
Dalam desa wisata, wisatawan dapat merasakan langsung kehidupan desa yang autentik, termasuk tradisi, seni, kuliner, dan interaksi dengan penduduk setempat.
Sementara itu, wisata desa lebih merujuk pada kegiatan pariwisata yang dilakukan di desa-desa. Wisata ini tidak harus terintegrasi secara khusus dalam struktur desa seperti halnya desa wisata.
Wisata desa bisa berupa kunjungan sehari untuk menikmati pemandangan alam, festival budaya, atau kegiatan rekreasi lainnya tanpa adanya keterlibatan yang mendalam dengan kehidupan masyarakat setempat.
Lantas bagaimana pengertian desa wisata dan wisata desa menurut para ahli?
Menurut Hadiwijoyo (2012), desa wisata memiliki beberapa kriteria utama, yaitu aksesibilitas yang baik, objek-objek wisata yang menarik, dukungan dari masyarakat lokal, keamanan yang terjamin, serta tersedianya fasilitas seperti akomodasi dan telekomunikasi. Desa wisata menonjolkan keunikan dan daya tarik khas dari suatu wilayah pedesaan, baik itu berupa keindahan alam, budaya, maupun kehidupan sosial masyarakatnya.
Sudibya (2018) menguraikan bahwa desa wisata adalah bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam struktur kehidupan masyarakat pedesaan. Konsep ini mencakup wilayah pedesaan yang memiliki daya tarik fisik maupun sosial budaya yang khas, dikelola secara alami dan menarik, serta mampu menggerakkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan ekonomi lokal melalui kegiatan pariwisata yang berbasis masyarakat (community-based tourism atau CBT).
Menurut Sudibya (2018), wisata desa lebih merujuk pada aktivitas mengajak wisatawan untuk berkunjung ke desa, menikmati pemandangan alam, serta mempelajari kehidupan desa sesuai dengan keunikan dan potensi yang ada. Wisata desa bisa berupa kunjungan singkat untuk menikmati keindahan alam, mengikuti festival budaya, atau aktivitas rekreasi lainnya yang tidak melibatkan interaksi mendalam dengan masyarakat setempat.
Laporan Akhir Kajian Pengembangan Desa di DIY (2014) menyatakan bahwa wisata desa menawarkan suasana asli desa, seperti pemandangan alam, kuliner, cenderamata, dan homestay. Aktivitas ini mengajak wisatawan untuk melihat dan mempelajari keaslian desa serta keunikan potensi desa yang dimiliki, namun tidak harus tinggal dan merasakan kehidupan desa secara mendalam seperti dalam konsep desa wisata.
Keunikan dan Potensi Desa Wisata
Setelah kita memahami pengertian desa wisata dan wisata desa. Selanjutnya kita dapat melihat bagaimana kedua konsep ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam rangka mendukung pariwisata yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat pedesaan di Indonesia.
Desa wisata memiliki beberapa kriteria utama yang membuatnya unik dan menarik bagi wisatawan:
- Aksesibilitas yang Baik: Desa wisata harus mudah diakses oleh berbagai jenis transportasi, sehingga wisatawan dapat mencapai lokasi dengan nyaman.
- Objek Wisata yang Menarik: Desa wisata memiliki berbagai objek menarik seperti alam, seni budaya, makanan lokal, dan legenda yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata.
- Dukungan Masyarakat Lokal: Keberhasilan desa wisata sangat bergantung pada dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat dan pemerintah desa.
- Keamanan dan Fasilitas: Desa wisata harus menjamin keamanan wisatawan serta menyediakan fasilitas seperti akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai.
- Iklim yang Menyenangkan: Desa dengan iklim sejuk atau dingin sering kali lebih menarik bagi wisatawan.
- Hubungan dengan Objek Wisata Lain: Desa wisata sering kali terkait dengan objek wisata lain yang sudah dikenal, sehingga dapat menarik lebih banyak pengunjung.
Melihat Contoh Pengembangan Desa Wisata melalui partisipasi masyarakat dan kearifan budaya lokal desa
Peran Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata: Masyarakat lokal memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan desa wisata. Mereka bukan hanya sebagai tuan rumah, tetapi juga sebagai pengelola utama yang terlibat dalam semua tahap, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan.
Partisipasi masyarakat lokal menjamin bahwa manfaat ekonomi dari pariwisata dapat dirasakan langsung oleh penduduk desa, sehingga meningkatkan kesejahteraan dan memberdayakan komunitas.
Model Pengembangan Berbasis Tri Hita Karana (THK): Di Bali, pengembangan desa wisata sering kali didasarkan pada konsep Tri Hita Karana (THK), yang menggabungkan tiga elemen utama: parhyangan (hubungan dengan Tuhan), pawongan (hubungan antar manusia), dan palemahan (hubungan dengan lingkungan). Implementasi THK dalam desa wisata bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara pengembangan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Pawongan: Pemberdayaan Masyarakat Lokal: Pada aspek pawongan, pemberdayaan masyarakat lokal dan peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi fokus utama. Hal ini mencakup pelatihan keterampilan, pendidikan, dan pengembangan usaha kecil menengah yang mendukung kegiatan pariwisata.
Palemahan: Pelestarian Lingkungan: Untuk palemahan, bisnis ramah lingkungan dan praktik ecotourism menjadi prioritas. Desa wisata harus menjaga keaslian alam dan meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan.
Parhyangan: Kearifan Lokal dan Spiritualitas: Pada aspek parhyangan, desa wisata mempromosikan nilai-nilai spiritual dan budaya lokal, seperti upacara keagamaan, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan
Sementara itu dalam konsep Wisata Desa lebih pada menawarkan Alternatif Wisata yang Fleksibel! Wisata desa menawarkan fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan desa wisata. Wisatawan dapat memilih berbagai aktivitas tanpa harus tinggal di desa untuk jangka waktu yang lama.
Wisata desa cocok bagi mereka yang mencari pengalaman singkat namun tetap ingin menikmati keindahan alam dan budaya pedesaan.
Strategi Pengembangan Desa Wisata dan Wisata Desa
Lantas bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan wisata desa dan desa wisata ini? Beberapa strategi pengembangan dapat diterapkan:
1. Peningkatan Infrastruktur
Peningkatan infrastruktur adalah langkah pertama yang sangat penting dalam mengembangkan desa wisata dan wisata desa. Infrastruktur yang baik akan mendukung aksesibilitas dan kenyamanan wisatawan, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah kunjungan dan durasi tinggal mereka. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam peningkatan infrastruktur meliputi:
- Pembangunan Jalan: Akses jalan yang baik dan terawat merupakan faktor kunci. Jalan yang mulus dan memadai akan memudahkan wisatawan mencapai desa wisata tanpa hambatan, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.
- Transportasi: Penyediaan transportasi umum yang teratur dan nyaman, seperti bus wisata, shuttle, atau angkutan desa, akan sangat membantu. Selain itu, transportasi ramah lingkungan seperti sepeda atau kendaraan listrik dapat menjadi nilai tambah.
- Fasilitas Umum: Penyediaan fasilitas umum yang memadai seperti toilet bersih, tempat istirahat, area parkir, dan pusat informasi wisata akan meningkatkan kenyamanan wisatawan. Fasilitas ini harus terdistribusi dengan baik di seluruh area wisata desa untuk memastikan kenyamanan dan kemudahan akses bagi semua pengunjung.
2. Promosi dan Pemasaran
Promosi dan pemasaran yang efektif sangat penting untuk meningkatkan visibilitas dan daya tarik desa wisata. Beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi:
- Media Sosial: Penggunaan platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Twitter untuk mempromosikan desa wisata. Konten visual yang menarik seperti foto dan video dapat menarik minat wisatawan potensial.
- Website: Pembuatan dan pemeliharaan website resmi desa wisata yang informatif dan user-friendly. Website ini harus menyediakan informasi lengkap mengenai atraksi, fasilitas, acara, dan panduan perjalanan.
- Kampanye Pemasaran: Melakukan kampanye pemasaran yang kreatif dan menyeluruh melalui berbagai saluran seperti iklan online, artikel di blog pariwisata, kolaborasi dengan influencer, dan partisipasi dalam pameran pariwisata.
3. Kerjasama dengan Stakeholder
Kolaborasi antara berbagai pihak adalah kunci untuk pengembangan desa wisata yang berkelanjutan dan terpadu. Pihak-pihak yang terlibat antara lain:
- Pemerintah: Pemerintah daerah berperan dalam menyediakan regulasi, dana, dan dukungan infrastruktur. Kebijakan yang mendukung pengembangan pariwisata berbasis desa sangat penting.
- Swasta: Sektor swasta seperti perusahaan perjalanan, hotel, dan restoran dapat berkontribusi dengan investasi, pengelolaan objek wisata, dan penyediaan fasilitas.
- Masyarakat Lokal: Partisipasi aktif masyarakat lokal sangat penting. Mereka tidak hanya sebagai tuan rumah tetapi juga sebagai pelaku utama dalam pengelolaan dan operasional desa wisata.
4. Pelatihan dan Edukasi
Pelatihan dan edukasi bagi masyarakat lokal bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan wisata. Program ini bisa meliputi:
- Pelatihan Keterampilan: Melatih masyarakat lokal dalam keterampilan yang diperlukan untuk mendukung pariwisata seperti pemandu wisata, pengelolaan homestay, kuliner, kerajinan tangan, dan manajemen acara.
- Edukasi Lingkungan: Mengajarkan pentingnya pelestarian lingkungan dan praktik-praktik ramah lingkungan dalam pengelolaan pariwisata.
- Pengembangan Usaha: Memberikan pelatihan dalam pengelolaan usaha kecil dan menengah (UKM) yang mendukung pariwisata seperti produksi cenderamata, produk lokal, dan jasa pariwisata.
Sedesa.id memiliki program pelatihan khusus untuk desa wisata dan wisata desa, dengan bahan ajar atau narasumber dari akademisi dan praktisi yang berpengalaman. Program pelatihan ini dapat dilakukan secara online atau offline, dan terbuka untuk praktik langsung dengan kunjungan ke desa wisata binaan. Program ini mencakup:
- Pelatihan Keterampilan: Melatih masyarakat lokal dalam keterampilan yang diperlukan untuk mendukung pariwisata seperti pemandu wisata, pengelolaan homestay, kuliner, kerajinan tangan, dan manajemen acara.
- Edukasi Lingkungan: Mengajarkan pentingnya pelestarian lingkungan dan praktik-praktik ramah lingkungan dalam pengelolaan pariwisata.
- Pengembangan Usaha: Memberikan pelatihan dalam pengelolaan usaha kecil dan menengah (UKM) yang mendukung pariwisata seperti produksi cenderamata, produk lokal, dan jasa pariwisata.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai program pelatihan desa wisata dan wisata desa yang ditawarkan oleh sedesa.id, silakan hubungi kami!
5. Pelestarian Budaya dan Lingkungan
Pelestarian budaya lokal dan lingkungan alam merupakan bagian integral dari pengalaman wisata yang autentik. Upaya yang dapat dilakukan meliputi:
- Pelestarian Budaya: Melestarikan dan mempromosikan tradisi, seni, dan adat istiadat lokal melalui acara budaya, festival, dan pertunjukan. Melibatkan wisatawan dalam kegiatan budaya seperti tarian tradisional, pembuatan kerajinan, dan kuliner lokal dapat memperkaya pengalaman mereka.
- Pelestarian Lingkungan: Menjaga keaslian alam dan keanekaragaman hayati dengan menerapkan praktik ekowisata. Ini termasuk pengelolaan sampah yang baik, penggunaan energi terbarukan, dan perlindungan terhadap flora dan fauna lokal.
- Program Edukasi: Mengadakan program edukasi bagi wisatawan tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan budaya lokal. Hal ini dapat dilakukan melalui pemandu wisata yang terlatih, pusat informasi, dan materi edukatif.
Dengan penerapan strategi-strategi tersebut, desa wisata dan wisata desa di Indonesia dapat berkembang menjadi destinasi yang menarik, berkelanjutan, dan memberikan manfaat ekonomi serta sosial yang signifikan bagi masyarakat lokal.
Kesimpulan
Desa wisata dan wisata desa, meskipun memiliki konsep yang berbeda, keduanya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan pariwisata di Indonesia. Dengan potensi yang besar dan strategi pengembangan yang tepat, desa wisata dan wisata desa dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal sekaligus menjaga kelestarian budaya dan lingkungan. Partisipasi aktif masyarakat lokal dan kerjasama antar berbagai pihak merupakan kunci sukses dalam mengembangkan pariwisata berbasis desa yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.
Artikel ini disusun untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai perbedaan dan potensi desa wisata serta wisata desa di Indonesia, serta bagaimana kedua konsep ini dapat berkontribusi dalam mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan. Dengan dukungan dan partisipasi semua pihak, diharapkan desa wisata dan wisata desa dapat semakin berkembang dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan negara.
Demikian pembahasan kita kali ini mengenai Memahami Perbedaan dan Potensi Desa Wisata dan Wisata Desa. Semoga bermanfaat. Salam Ari Sedesa.id