Sedesa.id Di sebuah desa kecil bernama Jatirejo, Kulon Progo, ada cerita yang mampu menginspirasi banyak orang tentang bagaimana pembangunan desa bisa berjalan dengan gotong royong dan ekonomi berkeadaban.
Tokoh di balik cerita ini adalah Tristi Sintawati, atau lebih akrab dipanggil Sinta, seorang perempuan penggerak-inspiratif yang menerapkan ilmu yang didapatnya dari Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk membangun desanya.
Namun, yang membuat kisah ini istimewa adalah bagaimana Sinta melibatkan seluruh warga desanya untuk bersama-sama menciptakan perubahan.
Sinta paham betul bahwa pembangunan ekonomi tidak bisa berjalan tanpa modal yang cukup. Dengan menggandeng Pemerintah Desa, ia mendirikan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) bernama Binangun Jati Unggul.
Tidak hanya itu, Sinta juga bekerja sama dengan akademisi dari UGM, yang memberikan pembinaan dan pendampingan dalam pengelolaan usaha. Langkah awal yang diambil adalah memanfaatkan potensi alam desa yang luar biasa—pemandangan indah, udara sejuk, serta lahan pertanian yang luas.
Namun, Sinta tidak hanya mengandalkan kekayaan alam. Ia juga melihat potensi besar dalam sumber daya manusia di desanya. Warga desa dilatih untuk terlibat dalam berbagai lini bisnis yang dikembangkan BUMDes, seperti pariwisata, pertanian, dan pengelolaan keuangan.
Dengan strategi ini, BUMDes Binangun Jati Unggul berhasil menciptakan tiga usaha yang saling melengkapi, yaitu Resto Bukit Cubung, perdagangan hasil pertanian, dan jasa keuangan.
Yang menarik, usaha ini tidak hanya mendatangkan keuntungan, tetapi juga menjadi sumber pendapatan utama desa. Pada tahun 2023, usaha ini memberikan kontribusi besar bagi pendapatan desa, dan Sinta serta timnya sudah merencanakan untuk terus mengembangkan bisnis ini.
Salah satu rencana ambisius mereka adalah menyediakan dana pensiun untuk para pekerja yang sebagian besar adalah warga desa. Ini menunjukkan betapa BUMDes tidak hanya fokus pada keuntungan semata, tetapi juga kesejahteraan jangka panjang bagi komunitas.
“Desa ini milik bersama,” ujar Sinta. “Seluruh masyarakat harus terlibat dalam pembangunannya. Meskipun tidak mudah bekerja dengan masyarakat yang beragam, dengan komunikasi yang baik, semua masalah bisa diselesaikan.”
Menurutnya, kunci sukses pembangunan di desanya adalah relasi yang dibangun atas dasar moral dan etika. Cara berbicara, bertindak, dan menyelesaikan masalah dengan penuh hormat menjadi faktor penting yang membuat seluruh proses bisnis berjalan lancar.
Untuk memperluas jangkauan usaha, Sinta juga tak ragu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Salah satu kolaborasi strategisnya adalah dengan Prof. Catur Sugiyanto dan tim desa binaan dari Program Magister dan Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Fokus mereka saat ini adalah memperkuat promosi melalui media sosial serta merancang peta jalan (roadmap) untuk pengembangan desa wisata. Harapannya, dalam lima tahun ke depan, kerja sama ini bisa terus berkembang, memberikan manfaat yang besar baik bagi BUMDes maupun akademisi UGM.
Cerita sukses BUMDes Binangun Jati Unggul ini membuktikan bahwa dengan visi yang tepat, gotong royong, dan bimbingan dari para ahli, desa bisa berkembang menjadi pusat ekonomi yang mandiri dan sejahtera.
Sinta telah menunjukkan bahwa pembangunan tidak selalu harus berasal dari kota besar—dengan modal yang ada dan semangat untuk maju, desa pun bisa menjadi motor penggerak ekonomi yang kuat.