Sedesa.id Apa yang terlintas ketika kita menyebut ibu kota Jawa Tengah? Ya, Semarang, kota yang memiliki ragam budaya, peninggalan situs budaya, cagar alam, dan cagar budaya, kuliner, dan berbagai destinasi di sudut kotanya. Salah satunya adalah Desa Wisata Kandri.
Mungkin selama ini pelancong mengenal destinasi di Semarang yaitu; Kampung Pelangi, Lawang Sewu, Kota Lama, Klenteng Sam Poo Kong, Gereja Blenduk, atau pun Masjid Agung Jawa Tengah. Masih sangat sedikit yang mengetahui keberadaan Desa Wisata Kandri.
Mengenal Lebih Dekat Desa Wisata Kandri
Ketika kita akan berkunjung ke Desa Wisata Kandri, maka kita perlu menuju Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah lalu menuju destinasi Desa Kandri. Lokasi ini masih satu kawasan dengan wisata Goa Kreo dan Waduk Jatibarang.
Jika akan menuju lokasi tinggal mengikuti petunjuk arah ke Goa Kreo. Kita tidak perlu khawatir akan tersesat karena di sepanjang jalan sudah terdapat papan petunjuk arah yang terpampang dengan sangat jelas.
Desa Wisata Kandri masih sangat menjaga kelestarian dan keindahan alamnya, selain itu juga menjaga kelestarian budaya lokal. Hal ini yang kemudian menjadi daya tarik tentu saja, tidak hanya pengunjung lokal namun juga pengunjung dari manca negara.
Mayoritas penduduk Desa Kandri adalah sebagai petani, budidaya belut dan pengrajin batik. Profesi ini masih lestari, tidak terganggu dengan adanya kegiatan destinasi wisata. Justru menjadi bagian dari atraksi wisata yang menarik minat pengunjung.
Atraksi Wisata Desa Unggulan
Apa yang menjadi atraksi wisata unggulan Desa Wisata Kandri? Tentu saja adalah seni budaya dan alam yang mereka miliki. Sebab konsep dari desa wisata ini memang untuk wisata yang berkelanjutan.
Selain menonjolkan potensi yang dimiliki yaitu keindahan pesona alam serta keberadaan kera ekor panjang. Atraksi Wisata berupa seni budaya tradisional menjadi yang diunggulkan di Desa Wisata Kandri.
Upaya melestarikan alam dan budaya ini misalnya dapat dilihat dari agenda budaya yang diselenggarakan setiap tahunnya. Desa Wisata Kandri memiliki agenda khusus sebagai upaya melestarikan budaya yang ada.
Agenda yang dimaksud misalnya pementasan kesenian wayang kulit, wayang suket, ketoprak, jatilan, dan kesenian lesung. Kesenian lokal seperti halnya kesenian lesung ini menjadi daya tarik luar biasa bagi pengunjung manca negara.
Ada agenda dalam balutan wisata desa lain yaitu Kirab Sesaji Rewanda yang kemudian menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Kirab Sesaji Rewanda ini menjadi bagian dari acara yang ditunggu-tunggu pelancong baik lokal atau pun manca negara.
Bagi kita yang ingin berkunjung, walau tidak dalam agenda pementasan, tentu saja tetap bisa merasakan pertunjukan dan belajar kesenian budaya Desa Kandri dengan mengunjungi RW III atau kelompok kesenian yang ada.
Melakukan Inovasi Desa Wisata Agar Alam, Kuliner dan Budaya Tetap Lestari
Desa Wisata Kandri terus melakukan berbagai inovasi sebagai upaya untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia dan juga Sumber Daya Alam. Agar warga dapat berdaya, dan alam tetap lestari. Menjadi kata kunci memang bagaimana keberlangsungan desa wisata adalah adanya inovasi.
Namun tentu saja inovasi yang tetap mengedepankan keberadaan sumber daya lokal, inovasi yang akan memberikan dampak jangka panjang tanpa merusak atau menghilangkan apa yang telah menjadi ciri lokal desa. Dan hal tersebut berhasil dilakukan oleh Desa Kandri.
Upaya mengembangkan Sumber Daya Manusia Desa misalnya dengan adanya program untuk memproduksi berbagai olahan makanan sebagai oleh-oleh dari atraksi wisata Desa Kandri. Oleh-oleh olahan warga misalnya keripik kulit pisang dan nasi kera.
Bagi kita yang ingin mencicipi kuliner atau makanan khas Desa Kandri ini, maka kita bisa langsung datang ke RW IV. Di sana tersedia makanan lokal asli Desa Kandri yaitu keripik kulit pisang dan nasi kera.
Selain mengembangkan kemampuan sumber daya manusia dalam bidang kuliner. Desa Wisata Kandri pun melakukan inovasi untuk mengembangkan potensi alam yang ada.
Upaya yang dilakukan untuk memanfaatkan dan melestarikan keberlangsungan atraksi desa wisata misalnya dengan mendirikan spot-spot wisata baru. Contohnya dengan membuka spot Gubuk Uwit, spot foto di atas awan, dan foto balon udara.
Kesimpulan
Desa Wisata Kandri menjadi contoh bagaimana desa mampu tetap menjaga alam dan budaya ketika mereka membuka pintu masuk untuk wisatawan. Selama ini memang masih menjadi pembahasan, ketika desa membuka atraksi wisata ditakutkan akan terjadi ekploitasi pada alam dan budaya. Yang mana ditakutkan lunturnya budaya lokal desa, dan rusaknya alam.
Tentu semua kembali pada konsistensi dan komitmen bersama dalam menjaga kelestarian alam dan budaya. Jika kemudian atraksi desa wisata justru menjadi cara agar budaya dan alam tetap terjaga. Tentu saja hal ini patut kita dorong, patut kita tiru dan jadikan model di daerah lain yang memiliki potensi serupa.
Namun patut menjadi catatan, keberadaan atraksi wisata bukan sebagai yang utama, yang utama tetap kelestarian alam dan budaya. Bagaimana warga tetap dapat memanfaatkan alamnya untuk kehidupan mereka, misalnya mendukung sektor pertanian mereka. Begitu juga budaya, jangan sampai diekploitasi dalam balutan wisata, tetap harus dijaga.
Demikian pembahasan kita kali ini mengenai Desa Wisata Kandri Menjaga Kelestarian Alam dan Budaya. Semoga dapat menjadi contoh, dan juga dapat menjadi salah satu tujuan wisata kita selanjutnya. Semoga bermanfaat. Terima kasih, salam. Ari Sedesa.id