Sedesa.id Apakah BUMDes Anda sudah memasuki satu tahun pengelolaan, atau satu tahun buku akuntansi? Jika demikian maka Anda perlu untuk melakukan Pembukuan BUMDes dan Laporan Pertanggungjawaban BUMDes. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari contoh pembukuan BUMDes yang baik dan benar.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu pilar penting dalam pengembangan ekonomi di tingkat desa. Sebagai usaha yang dikelola oleh masyarakat desa dan pemerintah desa, penting bagi BUMDes untuk memiliki sistem jurnal keuangan yang rapi dan transparan.
Pembukuan yang baik akan membantu memastikan setiap transaksi keuangan tercatat dengan benar dan memudahkan proses audit, perencanaan, serta evaluasi usaha. Pembukuan BUMDes ini mencakup berbagai jurnal keuangan yang mencatat segala transaksi seperti penjualan, pembelian, penerimaan kas, dan pengeluaran kas.
Tanpa pembukuan yang tertib, BUMDes akan kesulitan dalam memantau perkembangan usahanya, menganalisis keuntungan dan kerugian, serta menjaga kesehatan finansial. Oleh karena itu, pengelola BUMDes harus memahami pentingnya pembuatan jurnal keuangan yang lengkap dan akurat.
Salah satu cara untuk memulainya adalah dengan menggunakan contoh pembukuan BUMDes yang sudah teruji untuk membantu mengelola arus kas dan modal secara efektif.
Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan bagaimana melakukan pencatatan keuangan BUMDes secara sistematis melalui berbagai jurnal keuangan, seperti jurnal penjualan, pembelian, penerimaan kas, dan pengeluaran kas.
Dengan mempelajari contoh-contoh pembukuan BUMDes, diharapkan pengelola BUMDes dapat menerapkan sistem keuangan yang lebih baik dan mengoptimalkan potensi keuntungan dari usaha desa yang mereka kelola.
Contoh Pembukuan BUMDes: Jurnal UMUM
Contoh pembukuan BUMDes yang pertama adalah Jurnal umum BUMDes dalam akuntansi adalah catatan harian yang digunakan untuk mencatat semua transaksi keuangan yang terjadi di dalam BUMDes secara kronologis. Jurnal ini menjadi langkah awal dalam proses pembukuan, di mana setiap transaksi yang memengaruhi kondisi keuangan dicatat secara rinci sebelum akhirnya diposting ke buku besar.
Dalam konteks contoh pembukuan BUMDes, jurnal umum sangat penting karena membantu mencatat dan mengelola setiap kegiatan keuangan, baik pemasukan maupun pengeluaran, agar tetap tertib dan transparan. Misalnya, transaksi seperti penjualan, pembelian, pembayaran utang, penerimaan piutang, dan transaksi lainnya akan dicatat di jurnal umum.
Struktur Jurnal Umum BUMDes
Setiap pencatatan dalam jurnal umum BUMDes umumnya mencakup beberapa elemen penting:
- Tanggal transaksi: Tanggal saat transaksi dilakukan.
- Keterangan transaksi: Penjelasan singkat mengenai jenis transaksi yang terjadi, misalnya “Pembelian perlengkapan kantor” atau “Penjualan produk desa”.
- Nomor referensi: Jika ada, biasanya nomor dokumen terkait transaksi seperti faktur atau kuitansi.
- Akun yang terpengaruh: Nama akun yang terlibat dalam transaksi, baik akun debit maupun kredit.
- Debit dan kredit: Jumlah transaksi yang dicatat pada kolom debit dan kredit sesuai dengan prinsip dasar akuntansi (debit dan kredit harus seimbang).
Contoh Pencatatan Jurnal Umum BUMDes:
Misalnya, BUMDes melakukan penjualan produk senilai Rp 2.000.000 secara tunai, maka pencatatannya akan seperti berikut:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
05/09/2024 | Penjualan Produk Tunai | 001 | Kas Rp 2.000.000 | Pendapatan Penjualan Rp 2.000.000 |
Pada jurnal di atas, kita melihat bahwa transaksi penjualan tunai menyebabkan kas bertambah (debit), dan di sisi lain, pendapatan penjualan dicatat pada sisi kredit.
Dengan menggunakan jurnal umum ini, pengelola BUMDes dapat memantau semua transaksi secara lebih sistematis, mengurangi potensi kesalahan dalam pencatatan, serta memudahkan pembuatan laporan keuangan di akhir periode.
Contoh Jurnal Penerimaan Kas BUMDes
Contoh pembukuan BUMDes berikutnya adalah Jurnal Penerimaan Kas BUMDes adalah jenis jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat setiap penerimaan kas atau uang masuk yang diterima oleh BUMDes, baik dari hasil penjualan, penyewaan aset, pembayaran utang piutang, atau pendapatan lainnya.
Penerimaan kas ini harus dicatat secara rinci untuk memantau aliran masuk dana ke dalam kas BUMDes.
Jurnal ini membantu memastikan bahwa setiap transaksi penerimaan tercatat dengan baik dan jelas. Seperti pada jurnal umum, setiap transaksi penerimaan kas harus mengikuti prinsip dasar akuntansi, di mana setiap pemasukan dicatat dengan akun debit dan kredit yang sesuai.
Elemen Penting dalam Jurnal Penerimaan Kas:
- Tanggal: Waktu terjadinya penerimaan kas.
- Keterangan: Penjelasan mengenai sumber penerimaan kas.
- Nomor referensi: Nomor dokumen yang terkait (jika ada), misalnya kuitansi atau faktur.
- Debit dan Kredit: Jumlah transaksi yang dicatat di sisi debit dan kredit.
- Akun yang Terpengaruh: Akun yang terlibat dalam transaksi, misalnya Kas, Pendapatan, atau Piutang.
Contoh Pencatatan Jurnal Penerimaan Kas BUMDes:
Misalnya, BUMDes menerima pembayaran piutang dari penjualan produk sebelumnya sebesar Rp 5.000.000, maka pencatatannya akan terlihat seperti ini:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
05/09/2024 | Penerimaan Piutang dari Penjualan | 002 | Kas Rp 5.000.000 | Piutang Usaha Rp 5.000.000 |
Pada contoh ini:
- Kas (debit) bertambah sebesar Rp 5.000.000 karena adanya penerimaan uang.
- Piutang Usaha (kredit) berkurang sebesar Rp 5.000.000, karena piutang telah dibayar oleh pelanggan.
Contoh Lain Penerimaan Kas dari Hasil Usaha BUMDes:
Misalnya, BUMDes menyewakan gedung desa dan menerima pembayaran sewa sebesar Rp 2.000.000 secara tunai, maka pencatatannya adalah:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
06/09/2024 | Penerimaan Kas dari Sewa Gedung | 003 | Kas Rp 2.000.000 | Pendapatan Sewa Rp 2.000.000 |
Dalam contoh pembukuan BUMDes ini:
- Kas (debit) bertambah sebesar Rp 2.000.000 dari hasil sewa.
- Pendapatan Sewa (kredit) dicatat sebesar Rp 2.000.000 sebagai sumber pendapatan baru bagi BUMDes.
Dengan mencatat semua penerimaan kas dalam jurnal ini, BUMDes dapat lebih mudah mengontrol pemasukan, memastikan kas selalu seimbang, serta memudahkan penyusunan laporan keuangan secara akurat di akhir periode.
Unduh Jurnal Penerimaan Kas BUMDes
Contoh Pembukuan BUMDes Jurnal Pengeluaran Kas
Contoh pembukuan BUMDes berikutnya adalah Jurnal Pengeluaran Kas BUMDes adalah jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat setiap transaksi pengeluaran uang yang dilakukan oleh BUMDes, baik untuk membayar biaya operasional, pembelian aset, pembayaran hutang, atau pengeluaran lainnya.
Pembukuan BUMDes dalam jurnal ini mencatat secara rinci setiap aliran kas keluar sehingga membantu pengelola BUMDes untuk mengawasi dan mengontrol pengeluaran kas dengan baik.
Pencatatan di jurnal pengeluaran kas harus sesuai dengan prinsip dasar akuntansi, di mana setiap transaksi pengeluaran kas dicatat dengan akun debit dan kredit yang tepat.
Elemen Penting dalam Jurnal Pengeluaran Kas:
- Tanggal: Tanggal terjadinya pengeluaran kas.
- Keterangan: Penjelasan tentang jenis pengeluaran atau tujuan penggunaan kas.
- Nomor referensi: Nomor dokumen yang terkait dengan transaksi, seperti faktur, kwitansi, atau bukti pembayaran.
- Akun yang terpengaruh: Nama akun yang terlibat dalam transaksi, misalnya Kas, Biaya Operasional, atau Hutang Usaha.
- Debit dan Kredit: Jumlah pengeluaran dicatat pada sisi debit dan kredit sesuai dengan akun yang terpengaruh.
Contoh Pencatatan Jurnal Pengeluaran Kas BUMDes:
Misalnya, BUMDes melakukan pembayaran untuk membeli peralatan kantor sebesar Rp 1.500.000 secara tunai, maka pencatatannya akan seperti ini:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
05/09/2024 | Pembelian Peralatan Kantor Tunai | 001 | Peralatan Kantor Rp 1.500.000 | Kas Rp 1.500.000 |
Dalam contoh ini:
- Peralatan Kantor (debit) bertambah karena ada pembelian.
- Kas (kredit) berkurang karena pembayaran dilakukan secara tunai.
Contoh Pengeluaran Kas untuk Biaya Operasional:
Misalnya, BUMDes membayar biaya listrik bulanan sebesar Rp 500.000 secara tunai, maka pencatatannya adalah:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
06/09/2024 | Pembayaran Biaya Listrik | 002 | Biaya Listrik Rp 500.000 | Kas Rp 500.000 |
Dalam contoh ini:
- Biaya Listrik (debit) dicatat sebagai pengeluaran operasional.
- Kas (kredit) berkurang karena kas digunakan untuk membayar tagihan listrik.
Contoh Pengeluaran Kas untuk Pembayaran Hutang:
Misalnya, BUMDes melakukan pembayaran hutang usaha sebesar Rp 3.000.000, maka pencatatannya sebagai berikut:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
07/09/2024 | Pembayaran Hutang Usaha | 003 | Hutang Usaha Rp 3.000.000 | Kas Rp 3.000.000 |
Pada contoh ini:
- Hutang Usaha (debit) berkurang karena hutang telah dibayar.
- Kas (kredit) berkurang karena kas digunakan untuk melunasi hutang.
Jurnal pengeluaran kas sangat penting untuk memastikan semua transaksi pengeluaran tercatat dengan baik, sehingga arus kas keluar dapat dipantau secara efektif. Dengan mencatat semua pengeluaran ini, BUMDes dapat menyusun laporan keuangan yang akurat dan menjaga kesehatan keuangannya.
Unduh Jurnal Pengeluaran Kas BUMDes
Contoh Jurnal Penjualan BUMDes
Contoh pembukuan BUMDes berikutnya adalah Jurnal Penjualan BUMDes adalah catatan yang digunakan untuk mencatat semua transaksi penjualan yang dilakukan oleh BUMDes, baik secara tunai maupun kredit.
Jurnal pembukuan BUMDes: Jurnal Penjualan ini sangat penting karena mencatat sumber pendapatan utama BUMDes, yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang mereka sediakan.
Jurnal penjualan membantu memantau pendapatan yang masuk serta memberikan informasi rinci mengenai transaksi penjualan yang terjadi, termasuk apakah penjualan dilakukan secara tunai atau kredit. Dengan pencatatan yang tepat, BUMDes dapat mengelola pendapatan dan piutangnya dengan lebih baik.
Elemen Penting dalam Jurnal Penjualan BUMDes:
- Tanggal: Waktu terjadinya transaksi penjualan.
- Keterangan: Penjelasan tentang jenis penjualan, misalnya penjualan produk atau jasa tertentu.
- Nomor referensi: Nomor dokumen seperti faktur penjualan atau kwitansi.
- Akun yang terpengaruh: Akun-akun yang terlibat dalam transaksi, seperti Kas, Piutang Usaha, atau Pendapatan Penjualan.
- Debit dan Kredit: Jumlah transaksi yang dicatat di sisi debit dan kredit sesuai dengan prinsip dasar akuntansi.
Contoh Jurnal Penjualan Tunai BUMDes:
Misalnya, BUMDes menjual produk hasil desa secara tunai sebesar Rp 4.000.000, maka pencatatannya akan seperti ini:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
08/09/2024 | Penjualan Produk Tunai | 001 | Kas Rp 4.000.000 | Pendapatan Penjualan Rp 4.000.000 |
Pada contoh ini:
- Kas (debit) bertambah karena BUMDes menerima uang tunai dari penjualan.
- Pendapatan Penjualan (kredit) mencatat pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk.
Contoh Jurnal Penjualan Kredit BUMDes:
Misalnya, BUMDes menjual produk kepada pelanggan secara kredit senilai Rp 5.000.000, maka pencatatannya sebagai berikut:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
08/09/2024 | Penjualan Produk Kredit | 002 | Piutang Usaha Rp 5.000.000 | Pendapatan Penjualan Rp 5.000.000 |
Dalam contoh ini:
- Piutang Usaha (debit) bertambah karena BUMDes masih menunggu pembayaran dari pelanggan.
- Pendapatan Penjualan (kredit) mencatat penjualan yang telah dilakukan, meskipun pembayaran belum diterima.
Penjualan Tunai dan Kredit Bersamaan:
Jika BUMDes menjual produk dengan sebagian pembayaran tunai dan sebagian kredit, pencatatannya bisa terlihat seperti ini: Misalnya, penjualan produk senilai Rp 10.000.000, di mana Rp 6.000.000 dibayar tunai dan sisanya Rp 4.000.000 dicatat sebagai piutang:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
09/09/2024 | Penjualan Produk Tunai dan Kredit | 003 | Kas Rp 6.000.000 | Pendapatan Penjualan Rp 10.000.000 |
Piutang Usaha Rp 4.000.000 |
Dalam contoh ini:
- Kas (debit) bertambah sebesar Rp 6.000.000 dari pembayaran tunai.
- Piutang Usaha (debit) bertambah sebesar Rp 4.000.000 untuk pembayaran kredit yang belum diterima.
- Pendapatan Penjualan (kredit) mencatat seluruh nilai penjualan sebesar Rp 10.000.000.
Jurnal penjualan BUMDes penting untuk memastikan semua transaksi penjualan tercatat dengan akurat, baik itu penjualan tunai maupun kredit. Dengan jurnal penjualan yang rapi, BUMDes dapat memantau arus pendapatan, mengelola piutang, dan memastikan laporan keuangannya tetap terorganisir dan transparan.
Contoh Pembukuan BUMDes: Jurnal Pembelian
Selanjutnya dalam contoh Pembukuan BUMDes adalah Jurnal Pembelian BUMDes adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat semua transaksi pembelian yang dilakukan oleh BUMDes, baik pembelian barang, jasa, atau bahan baku yang dibutuhkan untuk operasional.
Contoh pembukuan BUMDes dalam Jurnal Pembelian ini bisa dilakukan secara tunai maupun kredit, dan pencatatan yang tepat diperlukan untuk mengelola arus keluar kas dan memantau kewajiban hutang.
Pencatatan dalam jurnal pembelian membantu memastikan bahwa semua pengeluaran terkait pembelian tercatat dengan baik dan akurat, sehingga memudahkan penyusunan laporan keuangan BUMDes.
Elemen Penting dalam Jurnal Pembelian:
- Tanggal: Tanggal terjadinya pembelian.
- Keterangan: Deskripsi singkat mengenai pembelian yang dilakukan, seperti jenis barang atau jasa yang dibeli.
- Nomor referensi: Nomor dokumen terkait seperti faktur pembelian atau kwitansi.
- Akun yang terpengaruh: Nama akun-akun yang terlibat dalam transaksi pembelian, misalnya Kas, Hutang Usaha, atau Persediaan.
- Debit dan Kredit: Jumlah yang dicatat pada sisi debit dan kredit sesuai dengan akun yang terpengaruh.
Contoh Jurnal Pembelian Tunai BUMDes:
Misalnya, BUMDes membeli perlengkapan kantor secara tunai sebesar Rp 1.200.000, maka pencatatannya sebagai berikut:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
10/09/2024 | Pembelian Perlengkapan Kantor | 001 | Perlengkapan Kantor Rp 1.200.000 | Kas Rp 1.200.000 |
Dalam contoh ini:
- Perlengkapan Kantor (debit) bertambah karena ada pembelian.
- Kas (kredit) berkurang karena pembayaran dilakukan secara tunai.
Contoh Jurnal Pembelian Kredit BUMDes:
Misalnya, BUMDes membeli bahan baku untuk produksi senilai Rp 3.000.000 secara kredit, maka pencatatannya sebagai berikut:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
11/09/2024 | Pembelian Bahan Baku Kredit | 002 | Persediaan Rp 3.000.000 | Hutang Usaha Rp 3.000.000 |
Dalam contoh ini:
- Persediaan (debit) bertambah karena BUMDes menerima bahan baku.
- Hutang Usaha (kredit) bertambah karena pembelian dilakukan secara kredit dan belum dibayar.
Pembelian Tunai dan Kredit Bersamaan:
Jika BUMDes melakukan pembelian dengan sebagian dibayar tunai dan sisanya kredit, misalnya BUMDes membeli peralatan sebesar Rp 5.000.000, di mana Rp 2.000.000 dibayar tunai dan Rp 3.000.000 dicatat sebagai hutang, maka pencatatannya akan terlihat seperti ini:
Tanggal | Keterangan | Ref | Debit | Kredit |
---|---|---|---|---|
12/09/2024 | Pembelian Peralatan Tunai dan Kredit | 003 | Peralatan Rp 5.000.000 | Kas Rp 2.000.000 |
Hutang Usaha Rp 3.000.000 |
Dalam contoh ini:
- Peralatan (debit) bertambah karena BUMDes membeli peralatan.
- Kas (kredit) berkurang sebesar Rp 2.000.000 untuk pembayaran tunai.
- Hutang Usaha (kredit) bertambah sebesar Rp 3.000.000 karena pembelian dilakukan secara kredit.
Jurnal pembelian BUMDes berfungsi untuk mencatat setiap transaksi pembelian yang dilakukan, baik tunai maupun kredit. Dengan jurnal pembelian yang rapi dan teratur, BUMDes dapat memantau pengeluaran, mengelola hutang, dan memastikan laporan keuangan tetap akurat serta transparan.
Contoh Laporan Rugi/Laba BUMDes
Contoh pembukuan BUMDes berikutnya adalah Laporan Rugi/Laba BUMDes adalah laporan keuangan yang menunjukkan kinerja keuangan BUMDes selama periode tertentu, biasanya bulanan, triwulanan, atau tahunan.
Dalam pembukuan BUMdes laporan ini mencatat pendapatan dan beban (biaya) yang diperoleh dan dikeluarkan oleh BUMDes, serta hasil akhirnya apakah BUMDes mengalami laba (keuntungan) atau rugi selama periode tersebut.
Laporan rugi/laba sangat penting untuk menilai seberapa efisien BUMDes dalam mengelola sumber dayanya dan apakah usahanya menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian. Dengan laporan ini, pengurus BUMDes dapat mengambil keputusan yang tepat terkait strategi usaha ke depan.
Struktur Laporan Rugi/Laba BUMDes:
Laporan rugi/laba BUMDes biasanya terdiri dari beberapa elemen penting:
- Pendapatan: Semua penerimaan yang diperoleh BUMDes dari aktivitas usahanya, seperti hasil penjualan produk, penyewaan aset, atau pendapatan lain.
- Harga Pokok Penjualan (HPP): Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa yang dijual oleh BUMDes.
- Laba Kotor: Pendapatan dikurangi HPP.
- Biaya Operasional: Semua biaya yang dikeluarkan untuk operasional BUMDes, seperti biaya listrik, gaji, transportasi, dan biaya operasional lainnya.
- Laba (Rugi) Bersih: Laba kotor dikurangi biaya operasional. Jika hasilnya positif, BUMDes memperoleh laba. Jika negatif, BUMDes mengalami kerugian.
Contoh Laporan Rugi/Laba BUMDes:
Laporan Rugi/Laba BUMDes Periode: Januari – Desember 2024
Keterangan | Jumlah (Rp) |
---|---|
Pendapatan | |
Penjualan Produk | 50.000.000 |
Penyewaan Gedung | 10.000.000 |
Total Pendapatan | 60.000.000 |
Harga Pokok Penjualan (HPP) | |
Biaya Produksi | 20.000.000 |
Total HPP | 20.000.000 |
Laba Kotor | 40.000.000 |
Biaya Operasional | |
Gaji Pegawai | 10.000.000 |
Biaya Listrik dan Air | 2.000.000 |
Biaya Perlengkapan Kantor | 1.500.000 |
Biaya Transportasi | 1.000.000 |
Total Biaya Operasional | 14.500.000 |
Laba (Rugi) Bersih | 25.500.000 |
Penjelasan:
- Pendapatan: BUMDes memperoleh pendapatan dari penjualan produk dan penyewaan gedung sebesar Rp 60.000.000.
- Harga Pokok Penjualan (HPP): Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa yang dijual adalah Rp 20.000.000.
- Laba Kotor: Selisih antara pendapatan dan HPP, yang menghasilkan laba kotor sebesar Rp 40.000.000.
- Biaya Operasional: Total biaya operasional BUMDes untuk periode tersebut adalah Rp 14.500.000.
- Laba Bersih: Setelah dikurangi biaya operasional, laba bersih yang diperoleh BUMDes adalah Rp 25.500.000.
Dengan laporan rugi/laba ini, pengelola BUMDes dapat mengetahui seberapa menguntungkan usaha mereka. Jika BUMDes menghasilkan laba bersih, itu berarti usaha berjalan dengan baik.
Namun, jika terjadi kerugian, laporan ini dapat digunakan untuk menganalisis di mana letak masalahnya, seperti biaya operasional yang terlalu tinggi atau pendapatan yang kurang maksimal, sehingga pengelola dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaikinya.
Unduh Laporan Laba Rugi BUMDes
Contoh Pembukuan BUMDes: Laporan Perubahan Modal
Contoh pembukuan BUMDes berikutnya adalah Laporan Perubahan Modal BUMDes adalah laporan keuangan yang menunjukkan perubahan dalam modal atau ekuitas BUMDes selama periode tertentu.
Dalam pembukuan BUMDes laporan perubahan modal ini mencatat sumber peningkatan modal, seperti laba bersih yang dihasilkan, dan juga faktor-faktor yang menyebabkan pengurangan modal, seperti penarikan modal oleh pemilik atau kerugian yang dialami.
Laporan perubahan modal penting karena membantu pengelola BUMDes memantau pertumbuhan atau penurunan modal usaha, yang pada akhirnya mencerminkan kinerja keseluruhan BUMDes.
Elemen Penting dalam Laporan Perubahan Modal BUMDes:
- Modal Awal: Modal yang dimiliki BUMDes pada awal periode.
- Laba atau Rugi Bersih: Hasil dari laporan rugi/laba, apakah BUMDes menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian selama periode tersebut.
- Penambahan Modal: Penambahan modal yang disetorkan oleh pemilik atau pihak lain selama periode.
- Pengurangan Modal: Penarikan modal oleh pemilik atau distribusi keuntungan (jika ada) kepada pihak terkait.
- Modal Akhir: Modal yang dimiliki BUMDes pada akhir periode, setelah memperhitungkan semua perubahan.
Contoh Laporan Perubahan Modal BUMDes:
Laporan Perubahan Modal BUMDes Periode: Januari – Desember 2024
Keterangan | Jumlah (Rp) |
---|---|
Modal Awal (1 Januari 2024) | 100.000.000 |
Penambahan | |
Laba Bersih | 25.500.000 |
Penambahan Modal dari Pemilik | 20.000.000 |
Total Penambahan | 45.500.000 |
Pengurangan | |
Penarikan Modal | 10.000.000 |
Total Pengurangan | 10.000.000 |
Modal Akhir (31 Desember 2024) | 135.500.000 |
Penjelasan:
- Modal Awal: BUMDes memulai tahun 2024 dengan modal sebesar Rp 100.000.000.
- Penambahan Modal: Pada periode ini, BUMDes berhasil memperoleh laba bersih sebesar Rp 25.500.000 dari kegiatan usahanya. Selain itu, ada tambahan modal sebesar Rp 20.000.000 yang disetorkan oleh pemilik atau investor.
- Pengurangan Modal: Pemilik menarik modal sebesar Rp 10.000.000 selama periode ini.
- Modal Akhir: Setelah memperhitungkan semua perubahan, modal BUMDes pada akhir periode adalah Rp 135.500.000.
Laporan perubahan modal memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana modal BUMDes berubah selama periode tertentu. Laporan ini membantu pengelola untuk memantau pertumbuhan ekuitas dan memahami kontribusi laba atau kerugian terhadap peningkatan atau penurunan modal.
Jika BUMDes mengalami penurunan modal yang signifikan, pengelola dapat menggunakan laporan ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya dan mengambil langkah perbaikan yang diperlukan.
Unduh Laporan Perubahan Modal BUMDes
Contoh Pembukuan BUMDes: Neraca Saldo
Contoh pembukuan BUMDes yang terakhir dalah Neraca Saldo BUMDes adalah laporan keuangan yang berisi daftar saldo akun-akun dalam buku besar pada suatu periode tertentu, baik itu akun-akun aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, maupun biaya.
Dalam pembukuan BUMDes, Neraca saldo digunakan untuk memverifikasi bahwa total debit sama dengan total kredit, sehingga memastikan pencatatan transaksi keuangan dalam BUMDes sudah seimbang dan sesuai dengan prinsip dasar akuntansi.
Neraca saldo ini dibuat sebelum penyusunan laporan keuangan yang lebih mendalam seperti laporan laba rugi atau neraca keuangan. Dengan membuat neraca saldo, BUMDes dapat mengecek dan memastikan tidak ada kesalahan dalam proses pembukuan.
Elemen Penting dalam Neraca Saldo BUMDes:
- Nama Akun: Setiap akun yang ada dalam buku besar, seperti Kas, Piutang, Hutang, Modal, Pendapatan, dan Biaya.
- Saldo Debit: Jumlah uang yang berada di sisi debit untuk setiap akun.
- Saldo Kredit: Jumlah uang yang berada di sisi kredit untuk setiap akun.
Contoh Neraca Saldo BUMDes:
Neraca Saldo BUMDes Periode: 31 Desember 2024
Nama Akun | Debit (Rp) | Kredit (Rp) |
---|---|---|
Aset | ||
Kas | 15.000.000 | |
Piutang Usaha | 7.000.000 | |
Persediaan | 5.000.000 | |
Peralatan Kantor | 10.000.000 | |
Kewajiban | ||
Hutang Usaha | 6.000.000 | |
Ekuitas | ||
Modal Awal | 100.000.000 | |
Laba Bersih | 25.500.000 | |
Pendapatan | ||
Pendapatan Penjualan | 60.000.000 | |
Biaya | ||
Biaya Gaji | 10.000.000 | |
Biaya Listrik dan Air | 2.000.000 | |
Biaya Perlengkapan Kantor | 1.500.000 | |
Biaya Transportasi | 1.000.000 | |
Total | 51.500.000 | 191.500.000 |
Penjelasan:
- Aset: Mencakup kas, piutang usaha, persediaan, dan peralatan kantor. Semua saldo tercatat di kolom debit karena ini adalah aset yang dimiliki oleh BUMDes.
- Kewajiban: Mencakup hutang usaha yang harus dibayar, tercatat di kolom kredit.
- Ekuitas: Modal awal dan laba bersih tercatat di kolom kredit karena ini mencerminkan hak milik pemilik dalam BUMDes.
- Pendapatan: Pendapatan penjualan dicatat di sisi kredit karena menambah ekuitas.
- Biaya: Biaya-biaya operasional seperti gaji, listrik, perlengkapan, dan transportasi dicatat di sisi debit karena mengurangi ekuitas.
Dalam neraca saldo, total saldo debit harus sama dengan total saldo kredit. Neraca saldo BUMDes memastikan bahwa pembukuan sudah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan prinsip akuntansi.
Jika terdapat perbedaan antara debit dan kredit, berarti ada kesalahan dalam pencatatan transaksi yang harus segera diperbaiki sebelum menyusun laporan keuangan selanjutnya seperti laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan neraca keuangan.
Kesimpulan
Pembukuan BUMDes dalam hal ini adalah pencatatan keuangan yang baik sangat penting bagi keberhasilan pengelolaan BUMDes. Melalui jurnal keuangan BUMDes, setiap transaksi tercatat secara sistematis dan transparan, yang tidak hanya membantu pengelola memahami kondisi finansial secara mendalam tetapi juga mendukung pengambilan keputusan strategis yang lebih baik.
Contoh-contoh pembukuan BUMDes yang telah dibahas dapat menjadi acuan bagi para pengelola untuk memulai atau memperbaiki sistem pencatatan keuangan mereka.
Dengan memahami dan menerapkan pembukuan yang tepat, BUMDes dapat berkembang lebih pesat dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat desa. Sebagai lembaga ekonomi berbasis komunitas, pengelolaan keuangan yang baik akan memperkuat kepercayaan masyarakat dan menciptakan transparansi dalam operasional BUMDes.
Jika diterapkan dengan benar, sistem pembukuan ini akan menjadi fondasi kuat untuk perkembangan ekonomi desa yang berkelanjutan. Semoga pembahasan ini bermanfaat. Salam Ari Sedesa.