Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar.
Besarnya potensi sumberdaya kelautan Indonesia tersebut, sangat strategis untuk dikembangkan dalam bidang wisata demi membangun perekonomian dan menunjang kesejahteraan masyarakat yang mengacu pada semagat otonomi daerah dan kemandirian masyarakat lokal.
Namun salah satu tantangan untuk mempertahankan ekosistem mangrove, rehabilitasi, maupun dalam pemanfaatan mangrove untuk tujuan produktif adalah belum optimalnya pendekatan pembangunan inklusif, kerjasama antar pelaku usaha dan kewilayahan.
Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan, namun pola pemanfaatan yang sifatnya merusak dan mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan laut masih saja terus berlangsung.
Pengembangan ekowisata yang didasarkan kepada prinsip-prinsip kelestarian/keberlanjutan merupakan salah satu alternatif strategi pembangunan yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut.
Namun dalam prosesnya pun pengembangan ekowisata sering sekali terjadi ketidaksinergian antar pelaku usaha dan kewilayahan. Sehingga menimbulkan konflik kepentingan dan akhirnya mengancam keberlanjutan pengembangan ekowisata.
Oleh karena itu, dalam pengembangan ekowisata mangrove, diperlukan upaya sistematis dan komprehensif dalam mendorong pola gerakan dan peta jalan kerjasama dan sinergitas baik secara ekonomi, sosial dan budaya.
Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan melalui program Matching Fund dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencoba mengembangkan model ekowisata yang selaras dengan pola pembangunan yang berkelanjutan di Kota Batam Provinsi Kepulauaan Riau.
Kurikulum Sekolah Lapang Mangrove, oleh Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, akan dijadikan sebagai pintu masuk dalam penyiapan sumberdaya manusia (SDM) dan kelembagaan di Kawasan Ekowisata Mangrove Kota Batam Provinsi Kepulauaan Riau.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, PSEK UGM menggandeng Badan Restorasi Gambut dan Mangrove sebagai mitra DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri).
Tujuan penelitian ini adalah
(1) mengidentifikasi potensi SDA (bio-fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan kepemerintahan desa-desa) dalam upaya kolaborasi antar-lembaga sosial-ekonomi di kawasan mangrove;
(2) menyiapkan model kelembagaan dan desain rencana usaha kreatif dari usaha-usaha rakyat/lokal berdasar kriteria 4 A + C (attraction, amenities, accessibility, ancillary services, and community participation); dan
(3) melakukan Sekolah Ekowisata Mangrove dalam menciptakan kader-kader yang memiliki visi dan keahlian dalam pengembangan peluang bisnis sosial, mengaplikasikan pengetahuan dalam usaha, melakukan scaling up, dan harmonisasi kelembagaan dan peraturan. Penelitian dilaksanakan di 7 (tujuh) desa (kelurahan) di Kota Batam.